Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 22 September 2016

SOROTAN—Soal Hijab, Filipina dan Spanyol Beda Sikap


IslanIndonesia.id—Soal Hijab, Filipina dan Spanyol Beda Sikap

 

Pemerintah Kota Davao, Filipina, ajukan rencana pelarangan penggunaan hijab bagi perempuan Muslim di muka umum.

Wacana itu mencuat pascaledakan yang terjadi di pasar malam Davao pada 2 September lalu yang menewaskan 15 orang di kota bekas pimpinan Rodrigo Duterte itu.

Pusat Komando Keamanan dan Keselamatan Umum (PSSCC) Kota Davao mengklaim perempuan harus rela membuka hijab yang dikenakan dengan alasan protokol keamanan. Tentu saja rencana tersebut menuai kontroversi.

Namun, Direktur PSSCC Benito de Leon menegaskan gagasan itu tidak bersifat diskriminatif. Pasalnya, kebijakan serupa juga berlaku bagi setiap individu yang mengenakan sesuatu yang dianggap dapat menyembunyikan identitasnya.

“Kami menginginkan orang-orang, ketika memasuki mal atau pertokoan lainnya untuk melepaskan topi, tudung kepala, kacamata, termasuk hijab untuk diinspeksi,” ujar De Leon seperti dirilis kantor berita Inquerer.

Di lain pihak, kelompok Suara Bangsamoro mengecam rencana tersebut. Mereka mengklaim langkah dari PSSCC hanya akan memunculkan diskriminasi terhadap Muslim serta perlakuan tidak hormat terhadap ajaran agama Islam.

Sementara itu, berbeda dengan Filipina, otoritas di Valencia justru memberi imbauan kepada sekolah tingkat menengah di daerah tersebut untuk menghapus aturan pelarangan bagi remaja wanita Muslim untuk berhijab di dalam kelas.

Sebelumnya, Takwa Rejeb(22) dihukum keluar kelas selama sepekan karena berhijab saat jam pelajaran.

Surat kabar Spanyol, El Pais, seperi dikutip laman RT.com melaporkan bahwa departemen pendidikan daerah Valencia meminta SMA Benlliure mengizinkan wanita Muslim menggunakan pakaian sesuai syariah di dalam kelas.

“Pemberitaan ini membuat saya senang pastinya,” respon Rejeb. “Sebuah kegembiraan melihat perubahan kecil ini pada akhirnya membawa dampak yang besar,” katanya kepada koran El Pais.

Menurutnya, ini adalah langkah kecil yang membuatnya menjadi diri sendiri, tanpa mengikuti bayang-bayang orang lain.

Seperti diberitakan, aturan mengenakan hijab di dalam kelas sempat diprotes pekan lalu. Menurut pihak sekolah, hal itu mengacu pada aturan yang diterapkan pada 2009.

Rejeb yang melayangkan protes kepada dinas pendidikan setempat awalnya diacuhkan begitu saja dan kepadanya dikatakan bahwa kebijakan pelarangan hijab adalah hak prerogatif masing-masing sekolah. Namun, usai mencari bantuan, khususnya dari lembaga pengawas aturan, pada akhirnya ditegaskan bahwa hal itu merupakan bentuk diskriminasi.

Berkat kegigihan Rejeb, saat ini dinas pendidikan setempat menjamin setiap pelajar bisa mendapat hak edukasi yang sama, tak terkecuali bagi remaja wanita Muslim di negeri itu.

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *