Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 24 March 2020

Social Distancing Membuat Masyarakat Kecil Menjerit, ini Kata Ekonom Vivi Alatas


islamindonesia.id – Social Distancing Membuat Masyarakat Kecil Menjerit, ini Kata Ekonom Vivi Alatas

Imbauan dari pemerintah untuk berdiam diri di rumah terkaitnya mewabahnya Covid-19, ternyata berdampak secara signifikan terhadap orang-orang yang berkeja di sektor informal, seperti misalnya pedagang-pedagang kecil.

Tipe-tipe orang seperti ini adalah mereka yang “bekerja hari ini” untuk mendapatkan “kebutuhan hari ini”. Artinya, mereka jika tidak keluar rumah bisa jadi tidak makan pada hari itu.

Banyak di antara mereka yang masih berdagang meskipun ada imbauan dari pemerintah. Meski demikian, berdasarkan pemantauan di lapangan, banyak di antara mereka yang mengaku turun omsetnya karena di jalanan sepi.

Kondisi yang berlangsung seperti ini dikomentari oleh Vivi Alatas, seorang ekonom asal Indonesia, yang juga dikenal sebagai ‘lead economist’ Bank Dunia. Dia pernah bekerja di Bank Dunia selama 17 tahun hingga Juli 2019 lalu.

“Yang paling kasihan orang miskin, penjual keliling yang kehilangan pembeli, warung samping sekolah yang sepi, toko kelontong. Pada saat yang sama mereka yang paling rentan terkena dampak karena tidak punya pilihan social distancing dan berkurangnya penghasilan dengan drastis,” ujar Vivi di dalam akun Twitternya (20/5).

Karir Vivi di bidang ekonomi dimulai setelah lulus dari Universitas Indonesia, dia kemudian melanjutkan studinya ke Universitas Princenton Amerika Serikat. Di Negeri Paman Sam, karir intelektualnya kian melejit dan jejaringnya meluas hingga dia mendapat kepercayaan duduk di Bank Dunia.

Vivi dikenal sebagai ekonom yang memiliki perhatian pada masalah ketimpangan sosial dan kemiskinan. Pemikirannya tentang ekonomi global, kemiskinan, ketimpangan, kerap menghiasai media massa, dan jurnal internasional. Dia juga menulis buku, di antaranya Izinkan Aku Berbagi Harapan.

Vivi berpendapat, bahwa kondisi yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini tidak bisa dihadapi secara sendiri-sendiri, mesti ada kerjasama dari berbagai pihak untuk mengatasinya.

“Sendiri kita adalah setetes air. Bersama kita bisa menjadi gerimis pagi hari yang memekarkan bunga. Apa yang akan kamu lakukan? Apa yang kamu akan ajak orang lain untuk turut melakukan? Salam sayang,” ujar Vivi.

Lebih lanjut, Vivi menjelaskan apa yang bisa dilakukan. Vivi membagi sarannya ke dalam tiga kelompok, yaitu masyarakat kelas menengah (berdasarkan penafsiran dari redaksi), pengusaha, dan pemerintah. Berikut ini pemaparan beliau:

Bagi Masyarakat Kelas Menengah

Apa yang bisa kita, aku, dan kamu lakukan:

1. Memberikan sedekah dan zakat/persepuluhan sekarang, jangan tunggu Ramadan. Jangan tunggu Natal.

2. Gunakan atau buat group WhatsApp (WA) antar tetangga untuk saling memberikan semangat mengajak membantu yang lain. Kumpulkan nomor telepon tukang sayur, tukang buah, tukang roti, tukang makanan di sekitar lingkungan kita, dan toko kelontong.

Ajak mereka untuk memberikan service delivery (layanan pengiriman) ke lingkungan kita. (Dan bagi pembeli), bayar lebih. Ini bisa menjadi simbiosa mutualisme.

3. Beri tips yang lumayan dermawan untuk Ojol (Ojek Online) yang telah membantu kita.

4. Gunakan group WA untuk mendata siapa yang patut diberi zakat/sedekah/charity di lingkungan sekitar kita. Apakah penjaja makanan yang biasanya lewat, apakah pembuang sampah, petugas kebersihan, atau tetangga yang kekurangan.

5. Ajak bersama memastikan tidak ada yang kelaparan di lingkungan Rukun Tetangga (RT)-mu dengan sedekah beras dan sedekah sabun cuci tangan.

6. Bersama menggunakan circle of influence (lingkaran pengaruh) kita untuk saling berbagi nasihat akan informasi yang benar, berbagi nasihat tentang kesabaran, dan kasih sayang

7. Bersama memberikan perhatian dan hadiah, dan menyediakan kebutuhan untuk perawat dan tenaga medis yang berjuang di garda terdepan.

Bagi Pengusaha

Apa yang bisa dilakukan pengusaha:

1. Bersama memproduksi kebutuhan sanitasi dan Alat Pelindung Diri (APD) dan menjualnya dengan harga wajar dan harga peduli. Ini bukan saatnya memaksimalisasikan profit. Jual dengan harga wajar, agar yang menjual dengan harga selangit jadi jera.

2. Memberikan kesempatan pada pegawainya untuk melakukan social distancing (menjaga jarak sosial).

3. Memberikan gaji ketigabelas/keempat belas sekarang, jangan tunggu lebaran, jangan tunggu natal.

4. Fokus pada inovasi apa yang bisa dilakukan untuk bisa meningkatkan kemampuan dan memenuhi apa yang paling dibutuhkan. Apa prosedur yang bisa lebih efisien dan efektif. 

5. Identifikasi gap (jenjang) keterampilan. Saatnya mendorong karyawan meningkatkan keterampilan lewat online learning (pembelajaran online).

6. Saatnya melakukan Corporate Social Responsibility  (CSR/Tanggung Jawab Sosial Korporasi) massal kerja sama, bagaimana bisa menolong lebih banyak orang miskin dan rentan, dan menolong pemerintah dalam memastikan kesiapan supply side (teori makro ekonomi yang berpendapat pertumbuhan ekonomi dapat paling efektif diciptakan dengan menurunkan pajak dan mengurangi regulasi-red).

Bagi Pemerintah

Apa yang bisa dilakukan pemerintah. Ada beberapa pilihan namun harus melihat mana yang paling memungkinkan untuk dilakukan segera dan ketersediaan dananya:

1. BLT, Bantuan Langsung Tunai. Indonesia sudah punya pengalaman melakukan ini dan bisa dilakukan dengan cepat.

2. Mendorong orang -orang yang belum ikut BPJS untuk ikut BPJS, bisa dengan memberikan insentif potongan beberapa bulan seharga premi kelas 3, dan ini nantinya bisa menaikan jumlah kepesertaan dan iuran yang terkumpul dari BPJS setelah badai ini sirna.

3. Bantuan Pangan Non Tunai ditambah jumlah beras yang didapat, juga ditambah untuk sabun, dan jika memungkinkan sejumlah kecil masker untuk emergency (kebutuhan mendesak).

4. (Konsumen) pengguna listrik untuk (kapasitas) 450 dan 900 VA digratiskan beberapa bulan.

5. Pendapatan tidak kena pajak dinaikkan.

6. Pajak (Usaha Mikro Kecil Menengah) UMKM ditiadakan untuk beberapa bulan.

Menyimak pemaparan dari Vivi, mantan Menteri Perdagangan Indonesia di era Susilo Bambang Yudhoyono, memberikan komentarnya, “Ide-ide kongkrit. Thanks Vivi Alatas for sharing.  Menjadi masukan dan dapat dijadikan inisiatif kongkrit masing-masing.  Lets do what we can in our own sphere of influence.”

Demikian pemaparan dari Vivi Alatas, apakah Anda setuju?

*Catatan redaksi: Berhubung sumber utama artikel ini berasal dari Twitter yang ruang penulisannya terbatas, maka demi kepentingan penyajian, redaksi mengedit secara minor kata-kata singkatan, kalimat yang tidak lengkap, dan menambah keterangan-keterangan dengan tanpa mengubah makna aslinya.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Twitter Vivi Alatas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *