Satu Islam Untuk Semua

Monday, 06 January 2014

Slamet Gundono: Dalang Suket Penganut Islam “Mazhab Cinta”


warisanindonesia.com/hardy/mendrofa

Minggu 5 Januari 2014, kita kehilangan seorang seniman yang banyak mendapat apresiasi akan kreativitas dan inspirasi yang disuguhkannya melalui kegiatan berkesenian. Slamet Gundono, yang kita kenal sebagai pencetus dan dalang wayang suket, kembali kepada Sang Maha Dalang di RSI. Yarsis Pabelan, Kartasura.

Dalam twitnya, sastrawan dan wartawan senior Goenawan Mohamad memuji Slamet Gundono, “…dengan sederhana dan menarik, mengekspresikan tradisi Islam lokal dengan kesenian Jawa, membawa bahasa Tegal ke dunia pedalangan.” Goenawan juga menambahkan, “Slamet Gundono dalang dan pencipta yang tak pernah kering ide untuk mempersegar sumber-sumber tradisi. Amalmu sangat besar, Mas Slamet.”

Apresiasi yang lain juga disampaikan Haidar Bagir. Presiden Direktur Mizan Group yang melalui salah satu unit perusahaannya, Mizan Musiqa, merilis CD album Slamet Gundono berjudul Tuhan Maha Dalang itu menyatakan, “I dare to say he is a sufi.”

Haidar bukannya tanpa alasan berpendapat seperti itu. Kalau kita singgah ke lini masa Ki Dalang Slamet Gundono di twitter, akan segera tertangkap oleh indera kita bahwa dia seorang sufi, pencinta tulus yang menganut Islam mazhab cinta.

Coba saja simak twitnya pada suatu pagi Bulan November lalu: Smoga semua yg di di twitter sehat dan bahagia dalam lindungan Allah.”

Atau doanya yang murah hati: Ya Gusti Allah, beri kemudahan ngudari reruwet (menyelesaikan masalah—red.) buat sedulurku, teman, keluargaku, yg tertimpa masalah, kabulkan ya Robbi.”

Slamet Gundono tampaknya sangat yakin, bahwa Islam itu pada hakikatnya adalah kasih sayang, rahman rahiim. Berikut rangkaian beberapa twitnya yang mencerminkan keyakinan itu, semoga menjadi wasiat  yang dapat kita jaga untuk mewujudkannya:

Pertama-tama, dia ingatkan kita tentang teladan akhlak Rasulullah Saw. yang penuh kasih dan pemaafan, juga tentang ajaran Islam yang pada intinya adalah berperilaku baik, menjadi rahmat bagi semesta alam, jauh dari kebencian:

“Kanjeng Nabi Muhammad pribadi kang Luhur, dilarani malah nresnani—dibenci malah nresnani (mencintai—red.)  dibenci malah nresnani. Salam.”

“Dalam Islam tak ada ajaran kebencian—yang penuh kebencian itu manusia yang ingin berkuasa secara politis memakai atribut Agama Islam.”

“Ukuran seseorang disebut Islam karena menjauhi sifat benci, semakin dekat apalagi menularkan kebencian, orang itu sudah di luar agama Islam. Pasti.”

“Benci sifat yang kuat mengamuk, ajaran Islam menjinakkan agar masuk kandang, Cinta sifat yg lembut memeluk kita, Islam menumbuhkan cinta yang wajar.”

“Dulu waktu aku di pesantren cerewet dakwahi orang, sekarang saya malu, sekarang coba berperilaku baik itu yang utama di Islam dan itu tak mudah.”

Pada tataran cangkem semua orang bisa sama ngaku islam, itu retorika ,di tataran perbuatan itu yang jadi ukuran rakhmat di agama Islam, mungkin ya.”

 

“Ada usaha ajaran Islam dipaksa cocok dengan hidup di masa kini. itu di tataran mikir, coba di tataran perbuatan, Islam cocok setiap jaman. Tak ragu.”

Belakangan, Slamet juga merekam keprihatinannya tentang konflik antarpihak, yang menurutnnya pasti bisa diatasi dengan cinta kasih:

“Tak ada konflik yang abadi kalau coba lihat sisi kebaikan orang yang kita musuhi.

“Pada awal kita konflik, langsung rancang sebuah terminal tuk bisa akur kembali.”

“Sedulur konflik ping pitulikur (27 kali—red.) lamun masih ada rasa tresna (cinta) bakal bali kumpul maning (akan berkumpul lagi).”

Seolah bicara pada dirinya sendiri, Slamet juga penuh optimis bahwa setiap konflik bisa terselesaikan karena semua pada intinya adalah cinta:

“Nok, Konflik itu hanya menegaskan ada cinta yang salah letak sedang berbenturan. Kedewasaan dan kebesaran jiwa saja yang bisa mengurai.

Lalu seperti mengisyaratkan kepergiannya, Dalang yang disemayamkan di Tegal itu menyatakan:

“Cukup twet ini, semakin banyak saya nyangkem (bicara—red.), semakin jauh dari Islam, dongaku tuk semua bisa hidup sehat dan bahagia.

Bahagia juga engkau di samping Kekasihmu yang selalu kaurindukan melalui lagu-lagumu, Ki. Selamat Mabuk (Cinta) Gusti.  [pn-dari berbagai sumber]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *