Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 08 July 2014

Sisingamangaraja XII


Wikipedia Indonesia

Tentu Anda sudah pernah mendengar namanya, bukan? Bahkan gambar wajahnya menghiasi uang lembaran 1.000 rupiah. Ya, Sisingamangaraja XII merupakan salah satu Pahlawan Nasional asal tanah Batak. Nama aslinya Patuan Bonar. Gelar kehormatannya Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakara pada 18 Februari 1845. Setelah ayahnya, Sisingamangaraja XI, wafat pada tahun 1876, ia naik tahta. Dalam sebuah pertempuran sengit melawan tentara Belanda, dadanya berdarah-darah terkena peluru. Ia pun gugut di medan laga bersama kedua putranya.

Penduduk Bakara percaya bahwa Sisingamangaraja XII serta para pendahulunya menerima wahyu dan menjadi utusan Sang Maha Pencipta untuk mengatur kehidupan masyarakat yang tertib, beradab dan sesuai hukum. Mereka juga merupakan pemimpn agama yang harus tujuh kali lebih alim dan saleh dari rakyatnya serta mampu menjadi panutan paripurna dalam kerajaan Batak. 

 Makam Sisingamangaraja

Makam Sisingamangaraja (id.wikipedia.org)

Banyak warga Indonesia, dari dalam dan luar daerah, yang menziarahi makamnya terutama di hari-hari libur dan hari besar nasional. Menjelang puasa kemarin pun, kuburannya di Soposurung, Balige, sekitar 241 km dari Medan, disesaki peziarah. Memang apa agama Sisingamangaraja?

Terdapat kontroversi tentang agama Sisingamangaraja. Sebagian kalangan percaya bahwa agama yang dianutnya adalah agama Parmalim, sejenis agama setempat. Tapi sebagian lain percaya, Sisingamangaraja memeluk agama Islam dengan alasan Raja Batak itu tak makan babi. Pada bendera perangnya terdapat lambang bulan bintang. Sedang pada cap Sisingamangaraja terpahat sebuah kalimat dalam bahasa Batak; Ahu Sahap ni Tuwan Singa Mangaraja mian Bakara (Aku Cap Tuan Singamangaraja Bertakhta di Bakara) dan bahasa Arab Melayu; Inilah cap Maharaja di Negri Toba Kampung Bakara Nama Kotanya, Hijrat Nabi 1304. Mereka yang menolak keislaman Sisingamangaraja menyatakan bahwa keturunan Sisingamangaraja memang tidak boleh makan babi. Jadi ini tak bisa dikaitkan dengan keharaman makan babi dalam Islam. Begitu pula lambang bulan bintang, menurut mereka, bulan bintang bukan lambang yang bisa dimonopoli oleh sekelompok orang atau agama saja. Soal cap berbahasa Arab Melayu, kabarnya cap itu dibuat agar cap itu bisa dikenali oleh orang lain karena huruf Arab Melayu banyak dipakai raja-raja Sumatera pada abad ke-19.

Terlepas dari apa agama Sisingamangaraja XII, dia adalah anak bangsa yang gugur saat berusaha mempertahankan tanah air dari penjajahan Belanda. Andai pun dia bukan Muslim, kuburannya masih layak kita ziarahi sebagai seorang martir bagi bangsanya.[Anisa/dari berbagai sumber]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *