Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 10 April 2014

Seorang Muslimah dalam Prangko Inggris


 Muslimvillage. Com/ On Islam.net.

Khan menunjukkan bahwa seseorang bisa merasa nyaman dengan iman mereka, jenis kelamin, warisan dan budaya tanpa mempertanyakan identitas mereka.

 

Bertepatan dengan hari peringatan seratus tahun awal Perang Dunia I, Inggris Royal Mail telah mengumumkan rilis sepuluh prangko berfoto orang-orang, yang masing-masingnya memiliki prestasi luar biasa dan telah diakui pemerintah setempat. Tujuh di antaranya pria dan tiga perempuan, yang lahir pada 1914.

Di antara nama-nama seri prangko ‘Lives Remarkable’ itu, termasuk orang-orang yang sudah memiliki nama besar dan masyhur, seperti Dylan Thomas, penyair terkenal, Roy Plomley, penyiar radio BBC yang menciptakan Desert Island Discs, dan Barbara Ward, seorang ekonom yang mendesak pemerintah untuk berbagi kekayaan mereka dengan orang miskin.

Namun, ada juga sebuah nama yang tampak asing dan tidak seterkenal mereka, yakni Noor Inayat Khan. Khan merupakan satu-satunya Muslim yang termasuk dalam daftar. Dia lahir di Moskow dari seorang ibu berkebangsaan Amerika dan ayah India.

Sebagai keturunan bangsawan India, Khan pindah ke Inggris dan kemudian ke Paris, hingga akhirnya kembali ke London ketika kota itu dijajah pada 1940. Di sini, ia bergabung dengan Angkatan Udara Perempuan dan kemudian direkrut pada 1942 untuk Operasi Khusus Executive (SOE), sebagai pasukan mata-mata inti.

Awalnya, ia dikenal dengan nama Nora Baker Khan, namun kemudian ia diberi nama rahasia “Madeleine”. Pada 1943, Khan berhasil menjadi perempuan pertama yang diberi kesempatan sebagai operator radio dan akan diterbangkan secara rahasia ke Nazi Paris. Meskipun laporan BUMN menyatakan, dia “tidak cocok bekerja di tempat itu.”

Dari Paris, ia dikirim kembali ke London dengan membawa banyak pesan dan menyelamatkan banyak nyawa. Dalam jangka waktu tertentu, dia bahkan berhasil menjadi satu-satunya penghubung antara Inggris dan kelompok pemberontak Prancis.

Meski usia Khan hanya menginjak 30 tahun, namun ia berhasil menghindari penangkapan selama tiga bulan. Walau akhirnya dikhianati oleh kolaborator Prancis dan kemudian ditangkap. Dia mencoba melarikan diri sebanyak dua kali dan bersembunyi di Paris. Suasana terlalu sulit bagi Khan kala itu, sehingga ia pun memilih pindah ke Jerman.

Hebatnya, meskipun disiksa, Khan tetap bersikeras dan pantang mudur dengan segala misinya. Bahkan, ia tak segan-segan mengatakan dari mana aslinya. Akhirnya, Khan dieksekusi pada 1944 oleh Gestapo Jerman di kamp Dachau. Sebelum eksekusinya dengan tembakan di belakang kepala, kata terakhir yang ia ucapkan adalah, “Liberté!”.

Memperingati Noor Inayat Khan

Penulis Shrabani Basu menulis sebuah buku tentang Khan berjudul, “Spy Princess: The Life of Noor Inayat Khan”. Basu berkampanye demikian untuk menghormati upaya Khan, yang diresmikan pada November 2012 oleh Putri Anne di Gordon Square, Gardens London.

Dalam buku tersebut dikatakan bahwa, keputusan Khan untuk terlibat dalam upaya perang itu tidak secara khusus karena cinta Inggris (meskipun ini merupakan bagian dari itu). Keterlibatannya sebagian besar karena nilai-nilai toleransi beragama dan non-kekerasan yang diajarkan sang ayah—yang berprofesi sebagai musisi dan juga guru sufi, sejak dirinya masih anak-anak. Sebagai penulis biografinya Basu mengatakan, ia “tidak tahan melihat negara yang dijajah.”

Arsip Nasional mengungkapkan bahwa Khan telah mempelajari obat-obatan dan musik dengan baik. Dia juga seorang penulis yang menghasilkan berbagai koleksi cerita anak-anak tradisional India dan sempat diterbitkan dalam surat kabar Prancis, Le Figaro.

Bahkan, rumah produksi film, Unity Productions Foundation telah memproduksi sebuah film dokumenter tentang kehidupan Khan. Dalam gala premier-nya, yang diselenggarakan pada 15 Februari 2014 di Warner Theater, sebuah bioskop bergengsi di Washington DC, film ini dihadiri oleh lebih dari 1400 orang.

Kehadiran Khan memberikan contoh bagaimana menjadi seorang manusia, terutama seorang perempuan Muslim yang mampu memberdayakan dirinya, dan dapat membantu negaranya. Pada saat perempuan Muslim pada umumnya memiliki citra lemah dan tidak terlibat dalam masyarakat, Khan menunjukkan bahwa seseorang bisa merasa nyaman dengan iman mereka, jenis kelamin, warisan dan budaya tanpa mempertanyakan identitas mereka.

 

Sumber: Muslimvillage. Com/ On Islam.net.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *