Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 07 November 2017

Seminar Pancasila di UGM, MUI: Indonesia Bukan Negara Agama Tertentu


islamindonesia.id – Seminar Pancasila di UGM, MUI: Indonesia Bukan Negara Agama Tertentu

 

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Sa’adi menegaskan, Indonesia merupakan negara kebangsaan, bukan negara yang tidak didasarkan pada ajaran agama tertentu. “Para ulama juga sepakat bahwa Pancasila adalah solusi kebangsaan atau makharij wathaniyyah yang menjadi titik kesepakatan dan kompromi dalam berbangsa dan bernegara,” ujar Zainut dalam Seminar Budaya Pancasila dan Kebhinnekaan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, seperti dilansir Beritasatu.com, 6 November

Karena itu, menurut Zainut, Indonesia bukanlah negara Islam (darul Islam), juga bukan negara kafir (darul kufri), tetapi negara perjanjian (darul ahdi). Implikasinya yaitu umat Islam dan nonmuslim di Indonesia terikat perjanjian dan kesepakatan untuk saling mencintai, menyayangi, dan saling menolong.

“Kesepakatan bangsa Indonesia membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila adalah mengikat seluruh elemen bangsa.” Ujarnya.  Bagi umat Islam, kata Zainut, kesepakatan tersebut merupakan tanggungjawab keagamaan sekaligus sebagai tanggungjawab kebangsaan yang bertujuan untuk memelihara keluhuran agama dan mengatur kesejahteraan kehidupan bersama.

Dalam konteks ini, Zainut bilang, setidaknya ada dua tantangan besar terhadap keutuhan NKRI, yaitu paham fundamentalisme agama dan fundamentalisme sekuler. “Fundamentalisme agama bertujuan ingin mengganti Pancasila dengan agama,” katanya menyindir salah satu organisasi yang mengkampanyekan khilafah.

Gerakan ini, kata Zainut, ingin membongkar nilai-nilai dasar kebangsaan yang sudah menjadi kesepakatan seluruh bangsa, dan mencoba membenturkan agama dengan Pancasila. Sedangkan fundamentalisme sekuler berupaya ingin memisahkan Pancasila dengan agama. “Padahal Pancasila sendiri digali dari nilai-nilai ajaran agama, budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia,” ujarnya.

Seminar yang diselenggarakan oleh Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini juga menghadirkan nara sumber dari para tokoh nasional seperti Buya Syafi’i Ma’arif, Jimly Asshiddiqie, Mahfud MD, Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X dan pimpinan dari organisasi keagamaan antara lain Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia, Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, dan Majelis Buddhayana Indonesia.

Buya Syafi’i Ma’arif, misalnya, menegaskan terwujudnya sila kelima Pancasila merupakan kunci keberhasilan menangkal tumbuh suburnya ideologi ekstremisme atau fundamentalisme.

“Ideologi impor dengan teologi maut-nya sesungguhnya tidak mempan hidup di Indonesia asal sila kelima (Pancasila) betul-betul diwujudkan,” kata tokoh senior Muhammadiyah ini di acara yang sama. “Jadi, pancasila jangan hanya retorika.”

 

YS/ Islam Indonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *