Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 03 September 2015

SEJARAH – Mengenal Khadijah Al Kubra (6)


Pertanyaan penduduk Makkah tentang siapa laki-laki idaman Khadijah telah terjawab. Setelah menolak lamaran para pangeran dan bangsawan Arab, hati Khadijah akhirnya berlabuh pada pemuda yang bernama Muhammad.

Nah, belum lama penduduk Makkah menyaksikan pernikahan agung dan walimah terbesar yang pernah mereka lihat, Khadijah kembali membuat sejarah. Mungkin tidak ada perempuan di tanah Arab yang membawa harta bendanya ke rumah suaminya sebanyak yang dibawa Khadijah.

Dia menyerahkan ke suaminya semua harta benda yang tak ternilai harganya, yang dihasilkan oleh usahanya sendiri dalam bidang ekspor-impor. Tentunya yang paling tak ternilai dibawa ke rumah Muhammad ialah kekayaan hati dan pikiran Khadijah.

Setelah mendapatkan kekayaan yang paling agung bernama Muhammad,  harta benda seperti emas, perak, berlian, dll. seakan tak punya nilai lagi bagi kehidupannya. Laki-laki yang kelak terpilih sebagai pembawa risalah Ilahi ini menjadi satu-satunya yang disayangi, diperhatikan dan dicintai. Di sisinya, Khadijah kembali menyusun peta hidupnya.  Khadijah menarik diri dari dunia bisnis secara bertahap.

Pada tahun-tahun awal setelah pernikahannya, Khadijah masih mengekspor barang ke Syria dan Yaman. Namun kali ini, keuntungannya tidak lagi digunakan untuk memperluas usahanya seperti sebelum menikah. Khadijah justru menjual barang dagangannya secara ecer sampai semua habis dan menarik kembali semua investasinya.

Memasuki kehidupan barunya, Khadijah mencurahkan perhatiannya, sebagai istri yang bertanggungjawab, untuk pengabdian pada suaminya yang tercinta. Baik Khadijah maupun Muhammad, keduanya mencari kebahagiaan yang paling suci melalui rumah tangga yang mereka bangun.

Lembaran demi lembaran kehidupan mereka jalani bersama dalam suka dan duka. Salah satu lembaran kebahagiaan ialah dikaruniakannya seorang putra bernama Qasim. Sejak kelahiran anak pertama ini, Muhammad kerab disapa dengan Abul Qasim (Ayahnya Qasim).

Kelahiran kedua, mereka dikaruniai kembali seorang putra yang diberi nama Abdullah. Kedua putra Muhammad ini meninggal dunia ketika masih bayi. Tuhan akhirnya memberikan seorang putri bernama Fatimah Azzahra, yang bertahan hidup menemani Khadijah dan Muhammad hingga kedua orangtuanya itu wafat.

Anak ketiga ini merupakan karunia terbesar dalam lembaran pernikahan mereka. Dialah yang menjadi “cahaya mata” bagi Muhammad dan Khadijah. Sedemikian cintanya, seluruh kasih sayang keduanya dicurahkan kepada putrinya ini. Meskipun menarik diri dari dunia bisnis ekspor-impor, ibu Fatimah Azzahra ini tidak berhenti mengejawantahkan kedalaman pemikirannya dan keluasan hatinya dalam kehidupan sehari-hari.

Bersambung….

Edy/ Islam Indonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *