Satu Islam Untuk Semua

Monday, 24 August 2015

SEJARAH – Mengenal Khadijah Al Kubra (5)


Setelah bertemu Nafisah, Muhammad pulang ke rumah pamannya Abu Thalib untuk meminta pendapat dan saran. Di rumah pamannya, ia ceritakan tawaran Nafisah untuk menikahi sahabatnya, Khadijah. Tanpa pikir panjang, Abu Thalib menyambut baik dan mendukung Muhammad untuk menikahi perempuan yang dikenal sebagai ‘Ratu Makkah’ ini.

Sebagai salah satu pemuka Bani Hasyim, Abu Thalib mengenal Khadijah dengan baik. Selain memiliki akhlak yang luhur, Khadijah juga termasuk segelintir penduduk Makkah yang memiliki keyakinan Tauhid dan tidak menyembah berhala.  Abu Thalib mengutus adik perempuannya, Shafiyah, ke rumah Khadijah untuk menyampaikan jawaban Muhammad atas tawaran yang disampaikan Nafisah.

Khadijah, yang juga telah mendengar kabar dari Nafisah, sedang menantikan kedatangan utusan dari Muhammad. Di rumah Khadijah, Shafiyah disambut dengan ramah. Kepada Shafiyah, putri Khuwaylid ini menyampaikan bahwa ia telah bulat memilih putra Abdullah bin Abdul Muthalib itu sebagai calon pendamping hidupnya. Bahkan Khadijah menerima Muhammad untuk datang melamarnya tanpa syarat apapun.

Dengan rasa senang, Shafiyah pulang ke rumah kakaknya dan menyampaikan kabar gembira dari rumah Khadijah itu untuk Muhammad. Bahkan Khadijah memberikan adik Abu Thalib itu hadiah baju yang indah sebelum meninggalkan rumah. 

Abu Thalib melangkah ke tahap selanjutnya. Ia mengajak saudara-saudaranya seperti Hamzah dan Abbas untuk menemani Muhammad melamar Khadijah.

Dengan membawa sejumlah hadiah, rombongan calon mempelai pria tiba di rumah Khadijah. Proses lamaran dilakukan dengan adat istiadat penduduk setempat. Khadijah yang ditemani para kerabatnya tentunya menerima lamaran Muhammad dan kedua belah pihak bermusyawarah untuk penentuan tanggal pernikahan.

Dengan diterimanya lamaran Muhammad oleh Khadijah, selangkah lagi kecemasan Abu Thalib akan hilang ditelan kebahagiaan tak terkira. Sebelumnya, Abu Thalib sering mencemaskan tentang sosok perempuan yang akan menjadi pendamping hidup Muhammad. Karena kesempurnaan akhlak Muhammad, kasih sayang Abu Thalib semakin tak terbatas kepada kemenakannya itu. Abu Thalib tidak meragukan lagi bahwa pasangan Muhammad dan Khadijah merupakan pasangan yang agung nan serasi. Tiada perempuan yang pantas bagi Muhammad kecuali Khadijah dan tiada laki-laki yang ideal bagi Khadijah melainkan Muhammad.

Tahap berikutnya, Abu Thalib mempersiapkan pernikahan kemenakannya yang tercinta, Muhammad. Barang-barang sakral seperti jubah dan tongkat yang diwariskan leluhur Bani Hasyim dikeluarkan untuk dipakai Muhammad. Pada momentum yang agung itu, Abu Thalib mengenakan sorban hitam lambang kaumnya di atas kepala Muhammad dan sebuah cincin akik hijau di jarinya.

Di pembukaan pernikahan, Abu Thalib menyampaikan pidato mewakili mempelai pria dilanjutkan Waraqah bin Naufal mewakili mempelai wanita. Ahli sejarah, M. Syibli menulis dalam syirah-nya bahwa mahar yang diberikan untuk Khadijah sebanyak lima ratus keping emas.

Setelah akad nikah ditunaikan, perayaan walimah selama tiga hari diadakan dengan mengundang seluruh penduduk Makkah. Semua orang terpesona melihat walimah, sebuah perayaan yang pertama kali diadakan di Makkah. Pada tahun-tahun berikutnya, perayaan pernikahan seperti yang diinisiasi Abu Thalib ini menjadi tradisi dalam Islam untuk mengenang pernikahan Muhammad dan Khadijah.

Setelah walimah di rumah Abu Thalib, giliran Khadijah merayakan di rumahnya. Seperti biasanya, Khadijah yang dikenal dermawan dan murah hati tidak melewatkan rasa bahagia dan kesyukurnya ini tanpa berbagi ke sesama penduduk Makkah. Karena itu, perempuan kaya Makkah ini mempersiapkan jamuan terbesar yang pernah ada dalam sejarah Makkah.

Sedemikian besarnya, pengemis Makkah dan musafir yang melewati kota ini tidak luput dalam daftar tamu. Mereka dijamu dengan berbagai menu makanan lezat yang mungkin tak pernah mereka rasakan sebelumnya.

Semua lapisan masyarakat, dari yang miskin hingga kaya menikmati jamuan Khadijah selama tiga hari di tempat yang sama. Kepada orang-orang miskin, Khadijah menambahkan dengan memberi beberapa keping emas dan pakaian. Demikian pula kepada para janda, Khadijah mencukupi beberapa kebutuhan hidup yang belum pernah mereka miliki sebelumnya.

 

Edy/IslamIndonesia. Foto: hdwpics.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *