Satu Islam Untuk Semua

Monday, 20 July 2015

SEJARAH – Mengenal Kakek, Ayah & Ibunda Rasulullah Muhammad saw (2)


Muttholib dan Salma sama-sama mencintai Syaibah. Namun mereka harus berhadapan karena motifnya masing-masing. Salma adalah ibu kandung Syaibah yang dulu lama berharap dikaruniai seorang anak. Lebih lagi setelah Hasyim wafat, Syaibah adalah satu-satunya perantara kerinduang Salma terhadap mendiang suaminya. Berkat Syaibah ia merasakan ketentraman dan kebahagiaan seperti bersama Hasyim. Alhasil, Syaibah adalah ‘Hasyim kecil’ bagi Salma. Karenanya Salma dengan tegas, tanpa ragu menolak permohonan Muttholib untuk membawa Syaibah ke Makkah. 

Sementara Muttholib… Ia enggan mundur dari niat dan janjinya pada sang kakak. Ia pun bersabar dan tetap tinggal di Madinah sambil terus membujuk Salma dengan berbagai cara.

Pada suatu hari yang sama dengan wafatnya Hasyim, Muttholib menceritakan akhir perjalanan bersama sang kakak kepada Salma. Lalu berkaitan dengan wasiat Hasyim padanya. Muttholib tak kelewatan soal detail penggunaan kata “budak” sebagai isyarat penyerahan anaknya. 

Salma menyimak.

Pikirannya pun melayang jauh dalam lautan nostalgia. Sampai ketika Muttholib berkata: ”Tidakkah engkau tahu wahai Salma, betapa besar harapan dan cita-cita Hasyim terhadap Syaibah. Hasyim selalu berdo’a dan berharap agar Syaibah kelak melanjutkan estafet kepemimpinan Quraisy. Dialah Syaibah, pelanjut kepemimpinan Quraisy yang dinanti-nantikan kaumnya! Bagaimanapun juga, wahai Salma, ia, adalah Syaibah, tetap anakmu. Syaibah ibnu Salma al-Khazraji, Syaibah putra Salma al Khazraji!” 

Salma kaget dan menunduk lama. Wajahnya memerah. Cinta ibu terhadap anaknya sedang diuji. Manakah yang akan dia menangkan? Cintanya atau masa depan anak dan tanggung jawab sosialnya? 

Salma tak berdaya menahan haru. Hatinya terasa terbelah, sepertinya ia harus mengalah. Ia jadi teringat bagaimana Hasyim suaminya, telah menepati janjinya dalam pernikahan dulu. Seketika air mata mengalir deras di pipinya yang memerah. Ia terdiam cukup lama, sambil menunduk patuh, seakan melihat mendiang suaminya hadir dihadapannya. Dengan suara lirih, terbata-bata, ia mengabulkan permohonan Muttholib: ”Baiklah… baiklah… aku akan sempurnakan harapan Hasyim…”. 

Khawatir Salma merubah keputusannya, Muttholib bersama Syaibah langsung bersiap-siap menuju Makkah. Syaibah berangkat diantar air mata dan do’a ibu yang pasrah. Begitulah bila Allah berkehendak membalik hati hambanya.

Perjalanan Madinah-Makkah berjarak kurang lebih 600 km. Dengan kendaraan unta, perjalanan mereka cukup lama dan sangat melelahkan. Maut mengintai di setiap jengkalnya: samudera luas padang pasir Arabia tak bertepi, bukit-bukit batu yang keras, panas yang membakar (mencapai 50 derajat celcius) di siang hari. 

Tentu saja bagi Syaibah muda, ini pengalaman tak terlupakan. Wajahnya yang semula putih kemerahan, kini jadi merah kehitam-hitaman. Pakaian yang dipakainya lusuh, tak jelas warna dan coraknya. Meski begitu, unta yang dikendarainya tetap berjalan tenang, tak ada beban, langkah demi langkah, seakan padang pasir yang luas adalah halaman rumahnya sendiri…. BERSAMBUNG.

HY/Islam Indonesia

Bagian 1

One response to “SEJARAH – Mengenal Kakek, Ayah & Ibunda Rasulullah Muhammad saw (2)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *