Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 18 November 2015

SEJARAH – Mengenal Abu Thalib, Paman Nabi Muhammad (1)


Abu Thalib merupakan satu dari sepuluh anak Abdul Muthalib, kakek Muhammad, manusia yang kelak diutus Allah sebagai penutup para nabi. Abu Thalib lahir pada 540 M, tiga puluh tahun sebelum kelahiran Muhammad yang tercatat sebagai peristiwa agung dalam sejarah umat manusia. Ketika itu, tentara Abisinia dipimpin oleh Abrahah melakukan agresi dengan menggunakan gajah ke Makkah untuk menghancurkan Ka’bah.

Setelah mendengar kabar agresi itu, Abdul Muthalib dengan orang-orang yang beriman lainnya melakukan thawaf di Ka’bah. Setelah thawaf, mereka berdoa kepada Allah agar bangunan suci yang telah dibangun dengan tangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu terlindungi. Ketika tentara Abrahah semakin mendekati Ka’bah, datanglah burung-burung Ababil dengan membawa batu di paruhnya masing-masing. Di atas barisan bala tentara Abrahah itu, burung-burung itu menghujani mereka dengan bebatuan hingga membuat mereka kocar-kacir dan gagal menghacurkan Ka’bah. Tahun dimana keajaiban ini terjadi dikenal sebagai Tahun Gajah. Di tahun yang sama, lahir Muhammad, cucu Abdul Muthalib dari putranya Abdullah.

Abdul Muthalib dikenal sebagai penganut setia ajaran Tauhid yang pernah diajarkan kakeknya, Nabi Ibrahim. Dengan ajaran Tauhid, ia mendidik anak-anaknya dengan akhlak mulia. Putra Abdul Muthalib, Abdullah, wafat sebelum melihat kelahiran anaknya, Muhammad. Muhammad lahir dalam keadaan yatim, sebelum menjadi yatim piatu enam tahun kemudian. Sejak itu, kakeknya Abdul Muthalib yang mengasuh Muhammad dengan penuh kasih sayang.

Sang kakek tahu bahwa cucu yang sedang diasuhnya kelak akan menjadi seorang nabi. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, di atas pembaringannya Abdul Muthalib berpesan pada anak-anaknya, “Cucuku akan menjadi seorang nabi. Siapapun yang ada pada masanya harus beriman kepadanya.”

Khusus kepada putranya, Abu Thalib, kakek Muhammad itu berbisik ke telinganya, “Abu Thalib, Muhammad akan menjadi orang besar. Maka dukunglah ia dengan tangan dan lidahmu.”

Abu Thalib lahir dengan nama Abdul Manaf, dari pasangan Abdul Muthalib dari Bani Hasyim dan Fatimah binti Amru dari Bani Makhzum. Selain dikenal dengan sapaan Abu Thalib, paman Muhammad ini juga sering disapa “Syekh Bath-ha”. Sejak ditinggal kakeknya, Muhammad kecil yang masih 8 tahun itu diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Bersama istrinya, Fatimah binti Asad, Abu Thalib memperlakukan Muhammad sebagaimana anak sendiri bahkan mendapat perhatian lebih dari anak-anaknya sendiri.

Tumbuhlah sosok Muhammad dalam keluarga yang baik dan sangat perhatian. Semakin lama, semakin tampak prilaku mulia dari diri Muhammad yang membuat Abu Thalib semakin mencintainya. Kejujuran dan kesantunan senantiasa menghiasi lisan Muhammad, begitu juga dengan perbuatannya yang mencerminkan kebaikan dan kesopanan. Sedemikian sehingga, Abu Thalib menunda makannya jika keponakannya belum hadir di rumah. “Tunggu sampai anakku datang,” katanya.

Ketika membagikan susu kepada anak-anaknya, Abu Thalib meminta Muhammad meminum susu yang ada di cangkir lalu isi cangkir itu dibagikan kepada anak-anaknya yang lain. Begitu kagumnya pada keponakannya itu, hingga Abu Thalib berkata padanya, “Muhammad, engkau adalah seorang yang diberkati.”

Bersambung….

Edy/ ks/ Islam Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *