Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 11 February 2016

SEJARAH – Mengenal Abu Dzar Al Ghifary, Sahabat Nabi Muhammad (5)


Abu Dzar akhirnya berhasil menemui sosok manusia yang paling ia cari setelah mengimani Tuhan Yang Mahaesa. Di depan manusia yang diutus sebagai nabi terakhir itu, pemuda yang bernama asli Jundub ini mendeklarasikan dua kalimat syahadat. Dengan jiwa mudanya, Abu Dzar berjanji untuk menyebarkan ajaran Tauhid itu. Seakan memahami semangat yang bergelora di jiwa Abu Dzar, Nabi Muhammad mengingatkan untuk tetap berhati-hati, khususnya di Makkah.

“Abu Dzar, rahasiakanlah keislamanmu dan pulanglah ke kampung halamanmu,” pesan sang nabi.

Makkah memang belum menjadi kota aman bagi penganut ajaran Islam. Para pemimpin kafir Quraisy tidak segan-segan membunuh orang yang mengikuti ajaran ‘baru’ itu. Beruntung, umat Islam senantiasa dibela oleh Abu Thalib, paman nabi yang disegani para pembesar Quraisy.

Abu Dzar beranjak pergi meninggalkan rumah Rasulullah. Semangat yang terpancar dari jiwa mudanya seakan belum padam sejak berjumpa nabinya. “Demi Allah, saya akan menyebarkan Islam di antara orang-orang Quraisy apapun resikonya,” gumamnya.

Ketika sinar matahari baru menyingsing, Abu Dzar menuju Kabah, bangunan yang didirikan oleh bapak ajaran Tauhid, Nabi Ibrahim. Di sekitar rumah suci itu, Abu Dzar menatap sejumlah berhala yang diam tak bisa berbuat apapun. “Wahai Quraisy,” teriak Abu Dzar dengan lantang.

Tanpa rasa takut, pemuda itu lalu berteriak lagi, “saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah.”

Sontak orang-orang Quraisy yang berada di sekitar Kabah terkejut. Sejumlah pasang mata dengan api kemarahan tertuju pada Abu Dzar. Mereka mendekati Abu Dzar dan memukuli tubuhnya dengan brutal. Abu Dzar yang tak kuasa melawan itu akhirnya tumbang dengan luka-luka di tubuhnya.

Sepupu nabi, Abbas, yang berada tidak jauh dari Kabah berlari menyelematkan Abu Dzar. Dengan sekuat tenaga, Abbas melerai dan menolong Abu Dzar yang telah pingsan itu. “Terkutuklah kalian! Apakah kalian ingin membunuh orang dari suku Ghifar? Apakah kalian tidak menyadari bahwa kafilah dagang kalian kerap melewati daerahnya?”

Orang-orang yang memukuli Abu Dzar itu akhirnya pergi tanpa meminta maaf. Abbas membawa Abu Dzar ke sumur Zam-zam untuk membasuh lukanya. Setelah siuman, pemuda dari suku Ghifar itu mencoba bangkit dan tidak lama kemudian kembali berteriak sebagaimana yang ia lakukan sebelumnya. Tubuhnya yang belum kuat itu akhirnya diserang bagai diterjang serigala-serigala lapar. Abu Dzar kembali terjatuh pingsan hingga akhirnya diselamatkan Abbas.

Sepupu nabi itu membawa Abu Dzar ke rumah nabi. Dengan sedih, nabi menyaksikan wajah Abu Dzar yang penuh luka. Setelah Abu Dzar kembali pulih, nabi berkata padanya, “kembalilah pada kaummu, dan ajak mereka masuk Islam.”

“Saya akan kembali ke kamuku dan tak akan melupakan apa yang telah orang-orang Qurasy lakukan padaku,” kata Abu Dzar sebelum akhirnya berpamitan pulang ke desanya.

Setelah menempuh perjalanan jauh, Abu Dzar sampai dengan selamat ke desanya yang berada di pinggiran kota Yastrib (Madinah). Di sana, Abu Dzar mulai membangun gerakan dakwah hingga saudaranya, Anis, ibunya dan sebagian anggota keluarganya memeluk ajaran Islam.

bersambung….

 

 

Edy/ ks/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *