SEJARAH – Mengenal Abu Dzar Al Ghifary, Sahabat Nabi Muhammad (4)

Setelah perjalanan intelektual yang panjang dan perjalanan fisik yang melelahkan, Abu Dzar akhirnya sampai di rumah sosok yang paling ia cari; Nabi Muhammad saw. Abu Dzar masuk ke rumah nabi dan pencari kebenaran itu pun berjumpa dengan manusia yang prilakunya dikenal sebagai “Al Amin” (terpecaya) dan “As Shadiq” (benar) oleh warga Makkah. Setelah menyampaikan salam, memperkenalkan nama dan mempersilahkan duduk, sang nabi bertanya, “dari mana Anda berasal?”

“Dari suku Ghifar,” jawab Abu Dzar

“Apa keperluan Anda mencari saya?”

“Bagaimana caranya saya dapat menjadi penganut ajaran Anda?” tanya Abu Dzar mengungkapkan keperluannya tanpa basa basi.

“Dengan mengucapkan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan akulah rasul Allah.”

“Apa lagi?”

“Hindarilah perbuatan keji. Ikutilah akhlak yang baik. Berhentilah menyembah berhala. Sembahlah Allah semata. Jangan menghamburkan uangmu. Jangan menganiaya orang lain.”

Tanpa rasa ragu sedikit pun, Abu Dzar berkata di depan manusia pilihan Tuhan itu dengan penuh ketulusan, “aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau (Muhammad) adalah utusan-Nya. Saya telah puas dengan menjadikan Allah sebagai Tuhanku dan engkau sebagai rasulku.”

Pemuda  yang bernama asli Jundub bin Junadah itu seakan meraih kelahiran kedua. Abu Dzar kini menjadi pemuda dengan pribadi Muslim baru yang kelak dikenal sebagai salah satu sahabat setia Rasulullah Saw.

“Demi Allah, saya akan menyebarkan agama Islam,” kata Abu Dzar dengan antusias.

Sebelum berpamitan pulang, Abu Dzar teringat kembali dengan pemuda yang memandunya ke rumah nabi dengan penuh keramahan. Selain memberinya petunjuk jalan ke rumah nabi, pemuda Makkah itu juga telah memberinya sejumlah jamuan dan penginapan.

“Siapa pemuda yang menunjukkan rumah Anda kepadaku?” tanya Abu Dzar penasaran.

“Dia adalah sepupuku, namanya Ali.”[]

Bersambung…

Edy/ ks/ Islam Indonesia