Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 02 February 2016

SEJARAH – Mengenal Abu Dzar Al Ghifary, Sahabat Nabi Muhammad (3)


Abu Dzar akhirnya bertekad menempuh perjalanan jauh ke Makkah karena belum puas dengan informasi saudaranya, Anis. Tekad Abu Dzar yang tidak memiliki kerabat di Makkah itu begitu besar demi memastikan kebenaran munculnya sosok yang dikabarkan nabi terakhir itu.

Anak muda dari suku Ghifar itu pun berangkat meninggalkan desanya menuju Makkah. Sesampainya di Makkah, pemuda yang bernama asli Jundub itu istirahat di sudut Kabah. Menjelang malam, Abu Dzar masih berfikir bagaimana menemukan jalan untuk bertemu utusan Tuhan itu. Abu Dzar perlu hati-hati mengingat kabar yang didapatkannya bahwa sang nabi dan para pengikutnya dikecam oleh para pembesar Quraisy karena ajarannya.

Abu Dzar masih sendiri termenung meski malam semakin larut dan Kabah semakin sunyi. Tidak lama kemudian, dari kejauhan, Abu Dzar melihat seorang pemuda mendekati Kabah. Setelah berjalan mengintari Kabah, pemuda itu mendekati Abu Dzar yang wajahnya terlihat sebagai musafir.

“Anda bukan orang sini, bukan?” tanya pemuda itu dengan santun.

“Benar,” jawab Abu Dzar.

“Mari kita ke rumah saya,” ajak pemuda itu.

Setelah menatap wajahnya sesaat, Abu Dzar beranjak dari tempat duduknya mengikuti pemuda itu tanpa berkata apapun. Di pagi hari, setelah dijamu sarapan, Abu Dzar bermapitan dan mengucapkan terima kasih atas penginapan dan jamuannya yang ramah.

Ketika datang ke Kabah lagi, pemuda itu bertemu Abu Dzar untuk kedua kalinya di tempat yang sama. “Bolehkah saya mengetahui dimana rumah Anda?” tanya pemuda itu.

“Tidak,” kata Abu Dzar

Seakan memahami mengapa orang asing itu bersikap tertutup, pemuda itu mengajak sekali lagi ke rumahnya. “Ikutlah ke rumah saya,” katanya diikuti oleh Abu Dzar yang masih diam seribu bahasa.

“Tampaknya Anda sedang memikirkan sesuatu, apa keperluanmu di kota ini?” tanya pemuda Makkah itu dalam perjalanan ke rumahnya.

Setelah berpikir sejenak, Abu Dzar angkat bicara. “Akan saya beritahu, jika Anda berjanji akan merahasiakannya.”

“Insya Allah, saya akan merahasiakannya.”

Mendengar kata “Allah”, Abu Dzar semakin merasa aman dengan pemuda Makkah yang ramah itu. “Saya mendengar kabar tentang kemunculan seorang nabi di kota Makkah dan saya ingin sekali bertemu dengannya,” kata Abu Dzar pelan.

Pemuda itu tersenyum, menghentikan langkah kakinya dan berkata, “Allah telah menuntun Anda.” Setelah memperhatikan kondisi di sekitarnya, pemuda Makkah itu melanjutkan, “akan saya tunjukkan jalan untuk berjumpa dengan beliau. Ikuti saya tapi jaga jarak Anda dengan diri saya. Jika saya melihat orang yang mencurigakan, saya akan berhenti seolah-olah ingin membetulkan sandal saya. Saat itu, Anda jangan ikut berhenti dan teruskanlah jalanmu.”

Pemuda itu akhirnya berjalan menuju rumah sosok pria yang prilaku dan lisannya dikenal oleh warga Makkah sebagai “Al Amin” (yang dipercaya) dan “As Shadiq” (yang benar). Adapun Abu Dzar, pemuda desa yang setia mencari kebenaran itu, berjalan mengikuti dari belakang dengan penuh kewaspadaan.[]

Bersambung…

 

Edy/ ks/ Islamindonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *