Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 04 March 2014

‘Satu Alamat’, Ikhtiar Santri Lestarikan Kerukunan Umat


Viva.co.id

Di masjid ini tidak ada bedug, begitu pula dengan gerejanya, tidak ada lonceng.

 

“Satu Alamat” merupakan sebuah film dokumenter hasil garapan para santriwati di Pondok Pesantren Al Muayat, Mangkuyudan, Solo, Jawa Tengah. Film ini menceritakan tentang kerukunan umat beragama di salah satu sudut kota warisan kerajaan Mataram di Jalan Gatot Subroto nomor 222, Serengan.

Kerukunan itu tergambarkan lewat bangunan yang berdiri berdampingan dalam satu pekarangan, Masjid Al-Hikmah dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan. Di masjid ini tidak ada bedug, begitu pula dengan gerejanya, tidak ada lonceng. Dengan demikian, pemeluk dua agama itu tidak saling mengganggu saat beribadah.   

Awalnya, Oxi Septinina, santriwati yang menuntut ilmu agama di Ponpes tersebut tertarik untuk mendokumentasikan kehidupan sosial masyarakat kota Solo. Dia gelisah dengan maraknya kelompok ekstrem, kelompok teroris ditangkap di kota tersebut yang ramai menghiasi pemberitaan media massa.

Akhirnya, bersama lima temannya, yakni Laula Sawitri Hilman, Siti Zaenab, Anisa Nur Khasanah, Yuyun Najihah Al-Kholisi, dan Ashfiya pun mulai menggarapnya, dan jadilah satu film dokumenter.

Dalam dokumentasi gambar bergerak itu, Oxi berperan ganda, sebagai sutradara film sekaligus pemeran utama bernama Anisa. Seorang gadis remaja putri yang keseharian belajar agama dan mengaji di pesantren.

Menurut Oxi, agama itu bukan sekadar simbol, tapi juga menyangkut pembinaan hubungan horizontal antar umat beragama. Karenanya, tak adanya dua benda simbol agama–bedug dan lonceng– memberikan sebuah pembelajaran menarik.

“Kami mengambil gambar di gereja pada hari Minggu saat jemaat beribadah. Mereka semua ramah, bahkan melihat kami lama berdiri mengambil gambar, mereka menyediakan saya kursi,” tuturnya.

Dari film dokumenter ini, para santri belajar untuk memahami dan mengembangkan nilai toleransi. Oxi bersama temannya belajar bahwa membina kerukunan umat beragama sangat penting. Mengamalkan salah satu ayat dalam Al Qur’an yang berbunyi: “Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.”

“Dengan gambar ini membuktikan bahwa Solo bukan kota teroris,” kata Oxi beberapa waktu lalu seperti dikutip dari Vivanews.co.id.

Film ini sarat dengan nilai-nilai kerukunan antar umat beragama yang hidup berdampingan dan antikekerasan. Film yang rampung dibuat pada Januari tahun lalu itu secara gamblang menjelaskan bagaimana kondisi kota Solo yang damai antar umat beragamanya.

 

Seadanya

Penggagas ide cerita film dokumenter ini, Ashfiya Nur Atqia (19) mengatakan, mereka membuat film tersebut dengan peralatan seadanya. Hanya menggunakan kamera handycam kecil. Sebelum memproduksi film tersebut mereka mendapatkan pelatihan singkat dengan teman-temannya dari lembaga Search For Common Ground.

“Karena kami pemula, sebelum produksi film kami di-training hanya tiga hari,” kata remaja putri yang duduk di bangku kuliah Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo tersebut.

Ashfiya yang memiliki hobi nonton film ini menceritakan, sejak kecil ia sering diajak jalan-jalan menyusuri sudut kota Solo oleh ayahnya. Dalam jalan-jalan itu, dia dan ayahnya kerap melewati dua tempat ibadah yang berbeda agama tersebut. “Sejak kecil saya sering lewat sana,” tuturnya.

Salah satu bentuk toleransi kedua umat beda agama itu, lanjut Ashfiya, apabila di gereja menggelar kebaktian saat jam Salat Magrib, mereka menunggu umat Muslim selesai shalat di Masjid terlebih dahulu. Begitu pula sebaliknya, saat umat Kristiani merayakan hari Natal, yang Muslim juga ikut membantu.

Film ‘Satu Alamat’ ini merupakan salah satu film peserta Festival Film Santri 2013 yang digagas oleh Search for Common Ground, organisasi nirlaba yang concern dengan promosi perdamaian dan toleransi. Program yang didukung oleh The Wahid Institue dan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) ini membekali santri-santri dengan keterampilan produksi radio dan video dokumenter untuk menyuarakan nilai Islam yang damai dan toleran.

 

Sumber: Vivanews

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *