Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 15 February 2020

Saka Buana, Masjid yang Terbuat dari Bambu, Terbesar di Dunia


islamindonesia.id – Saka Buana, Masjid yang Terbuat dari Bambu, Terbesar di Dunia

Pada umumnya masjid-masjid yang tersebar di Indonesia dibangun dengan bahan dasar pasir, batu, dan semen, atau dengan kata lain beton. Namun tahukah Anda? Ada satu masjid yang hampir keseluruhan materialnya terbuat dari bambu.

Bambu Khas Jawa Barat

Masjid ini bernama Saka Buana, dibangun dengan konsep arsitekur yang terinspirasi oleh bentuk Tangkuban Parahu, yang artinya adalah Perahu Terbalik, khas Jawa Barat. Masjid yang dibangun oleh Yayasan Bambu Indonesia ini diklaim sebagai masjid bambu terbesar yang ada di Indonesia, bahkan dunia.

Luas bangunannya mencapai 260 meter persegi dengan 60% bahan dari bambu yang diambil dari perkebunan bambu di sekitar Jawa Barat. Tidak hanya satu jenis bambu yang digunakan, ada Bambu Betung, Bambu Andong atau Gembing, dan juga bambu Awi Tali dan Bambu Hitam.

“Bambu-bambu ini didatangkan dari Lebak dan Pandeglang (Banten), Majalengka, Bogor dan Sukabumi,” tutur Indah Permanasari, Kepala Divisi Humas PT Marga Mandala Sakti (MMS), sebagaimana dikutip dari kompas (10/2).

Suasana masjid pada malam hari. Foto: Banten News

Wilayah Jawa Barat selama ini memang terkenal dengan kekhasan bangunannya yang terbuat dari bambu. Sejak dulu, banyak rumah atau tempat ibadah di Jawa Barat menggunakan bambu sebagai bahan dasar.

Bahkan, bambu Jawa Barat kini terkenal hingga ke mancanegara karena kualitas artistik dan kekuatannya. Negara-negara seperti Malaysia, Brunai Darussalam, Dubai, hingga Spanyol menaruh minat terhadap rumah atau bangunan bambu khas Jawa Barat, sebagaimana dikutip dari Oke Zone.

Untuk membangun masjid ini, diperkirakan diperlukan lebih dari 1.000 bilah bambu. Bambu dengan diameter berukuran besar digunakan sebagai tiang penyangga konstruksi agar kokoh menopang rangkaian bambu lain.

Sementara bambu yang berukuran kecil digunakan untuk jendela yang dibentuk dengan berbagai bervariasi. Bambu juga dijadikan rangka atap dan anyaman bambu sebelum ditutup oleh genting yang berwarna merah marun.

Meski demikian, untuk fondasinya memang tidak menggunakan bambu, tetapi fondasi pada umumnya dengan coran semen. Ini agar fondasi tetap kuat menopang konstruksi bambu yang ada.

“Kenapa bambu? Karena pohon bambu mampu bertahan dari jenis cuaca serta kondisi apa pun sehingga berharap masjid ini mampu mengadaptasi kekuatan dari bambu,” kata Rawiah Hijjah, Kepala Departemen Humas MMS, sebagaimana dikutip dari Radar Banten (20/1).

MMS adalah perusahaan pengelola pengelola jalan Tol Tangerang-Merak. Dan masjid ini dibangun atas prakarsa perusahaan tersebut.

Desain Arsitektur

Nama Saka Buana berasal dari dua suku kata bahasa Sanskerta, Saka yang berarti tiang, dan Buana yang berarti dunia. Masjid ini sengaja dicat dengan warna alami, menggunakan cat pernis sehingga serat bambu tetap terekspose.

Bagian menaranya, juga dibuat dari struktur bambu serta memiliki tiga undakan pada ujungnya. Di bagian pucuk menara terdapat tulisan lafaz Allah.

Memasuki ruang dalam, Anda  akan disambut gazebo bertulisakan lafaz Allah dan Muhammad di atasnya. Ketika melangkah lebih dalam lagi ke ruang salat, hawa akan terasa lebih sejuk karena memang dibuat demikian agar orang yang beribadah merasa nyaman. Interior masjid juga seluruhnya menggunakan ornamen bambu.

Interior dalam masjid. Foto: Rasyid Ridho/SindoNews

Pada bagian mihrab, terdapat lima buah bambu runcing yang memiliki makna sebagai rukun Islam. Kemudian bambu yang berbentuk tudung putri yang melingkar enam bilah potongan menggambarkan rukun iman. Selain itu, juga ada dua tiang bambu terbesar di mihrab, yang menggambarkan dua kalimat syahadat.

Meskipun mengusung arsitektur tradisional, masjid dengan daya tarik wisata ini dikelola dengan manajemen modern karena telah menggunakan sistem teknologi 4.0. Tujuannya, agar fungsi masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan Islam dapat berjalan secara optimal dan umat pun dapat merasakan manfaatnya.

Indah mengatakan, meskipun terbuat dari bambu, pengunjung tidak perlu khawatir dengan ketahanan bangunan Masjid Saka Buana. Pasalnya, bangunan itu diperkirakan mampu bertahan selama kurang lebih 20 tahun.

“Total kapasitas ditambah outdoor sekitar 390 orang…. Perkiraan (ketahanan) bangunan dan bambu kurang lebih 20 tahun,” ujar Indah.

Lokasi

Masjid ini berada di halaman Kantor Operasional Tol Tangerang-Merak Ciujung, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten.

Lokasi ini dipilih karena berada di titik tengah Tol Tangerang-Merak, yakni di kilometer 60. Selain itu, di Ciujung ada kantor operasional MMS sehingga masjid ini mampu mengakomodasi kebutuhan ibadah karyawan.

Lokasinya yang tidak jauh dari permukiman warga membuat masjid bambu itu ramai dikunjungi warga sekitar. Terlihat beberapa warga mulai dari bapak-bapak dan anak-anak ikut melaksanakan salat zuhur berjamaah.

Banyak masyarakat yang penasaran dan ingin melihat langsung. Bahkan, rombongan dari Jakarta sengaja datang ke masjid ini agar bisa melihatnya lebih dekat.

Wati (62) misalnya, dia datang bersama lima rekannya dari Jakarta untuk melihat masjid bambu yang informasinya dia didapatkan dari media massa. Meskipun sempat tersasar karena tidak tahu lokasi, dia merasa senang bisa menemukan masjid bambu terbesar. “Masjidnya bagus dan nyaman,” katanya.

Masjid Saka Buana dibangun di atas lahan 947 meter persegi. Pembangunan masjid ini hanya memakan waktu selama empat bulan, yang dimulai sejak September 2019. Masjid ini baru diresmikan pada 20 Januari 2020 lalu.

PH/IslamIndonesia/Foto Utama: Dok. Humas MMS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *