Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 26 June 2019

Saatnya ‘Silent Majority’ Bertransformasi Menjadi ‘Noisy Majority’


Islamindonesia.id-Saatnya ‘Silent Majority’ Bertransformasi Menjadi ‘Noisy Majority’

Direktur Wahid Institute Yenny Wahid menilai gejala radikalisme banyak tumbuh di kalangan anak muda. Apalagi, pada zaman sekarang, anak-anak muda inginnya menjadi pahlawan. 

“Anak muda sekarang kan semangatnya pengin jadi hero. Untuk menjadi hero mereka cenderung mencari enemy,” kata Yenny dalam sebuah seminar di Oslo, Norwegia, seperti dikutip Suaramuhammadiyah.id, 21 Juni. 

Oleh karena itu, tugas orang tua, guru, atau para sesepuh mendorong mereka untuk menemukan identitas yang tepat, sehingga bisa menentukan dengan benar siapa yang patut dijadikan musuh dan siapa hero sesungguhnya. 

Meski demikian, menurut putri Gus Dur ini, kelompok radikal sebenarnya hanyalah arus kecil. Hanya saja mereka menguasai media masintream dan media sosial (noisy minority). 

Sementara mayoritas muslim Indonesia yang berpaham moderat lebih cenderung tenang dan diam (silent majority). “Sudah saatnya kita berfikir untuk mentransformasi silent majority untuk bisa menjadi noisy majority,” katanya. 

Dalam seminar bertajuk “The Role of Civil Society in Facing Radicalism in Indonesian Society” itu hadir pula Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti sebagai narasumber. Ia  memaparkan, setiap muslim memiliki tangung jawab terhadap pribadinya, masyarakatnya, dan negaranya. 

Tanggung jawab menuntut setiap orang untuk selalu berbuat yang terbaik, berperan aktif, dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda nabi: seorang muslim harus mampu memberi rasa aman bagi lingkungannya.

“Sebagai individu, setiap muslim bebas menjalankan amal ibadah sesuai ajaran yang diyakininya. Namun harus diingat bahwa kebebasannya itu juga dibatasi dengan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Dia harus tunduk pada norma sosial masyarakat serta hukum positif yang diatur oleh negara,” tutur Mu’ti.

Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia Todung Mulya Lubis, sebagai tuan rumah seminar, menyampaikan bahwa NU dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi yang memiliki pengaruh besar di Indonesia. Kelahirannya bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka.

“Saat ini jumlah anggota NU sekitar 60 juta dan Muhammadiyah sekitar 40 juta. Kalau ditotal berarti jumlahnya sekitar 38,46% dari total penduduk Indonesia. Dengan prosentase yang cukup besar tersebut, peran kedua organisasi ini memiliki arti penting sebagai kekuatan untuk menjaga keutuhan NKRI,” ujar Todung.

YS/islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *