Satu Islam Untuk Semua

Friday, 10 August 2018

Respon Dunia atas Serangan Saudi terhadap Anak-anak di Yaman


islamindonesia.id – Respon Dunia atas Serangan Saudi terhadap Anak-anak di Yaman

 

Terkait serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman (Kamis 9/8) yang sedikitnya menewaskan 29 anak dan  membuat 30 lainnya terluka, dunia memberikan tanggapannya. Komite Penyelamatan Internasional (IRC/ The International Rescue Committee) mengatakan mereka mengutuk insiden tersebut dan menyerukan penyelidikan.

Dilansir dari the Guardian, direktur IRC untuk Yaman, Frank McManus, mengatakan, “Hari ini seharusnya menjadi hari dimana dunia terbangun atas kekejaman yang terjadi di Yaman… sebuah bus yang penuh dengan anak-anak sekolah tidak dapat dilihat sebagai kerusakan kecil semata. Bahkan perang pun memiliki aturan, tetapi aturan tanpa konsekuensi tidak akan berarti apa-apa. Jika ada kemungkinan nyawa tak bersalah, terutama anak-anak, akan hilang dalam sebuah serangan, serangan itu seharusnya tidak dilakukan.”

Direktur regional UNICEF di Timur Tengah dan Afrika Utara, Geert Cappelaere, bertanya, “Apakah dunia benar-benar membutuhkan nyawa tambahan anak-anak yang tidak bersalah untuk dapat menghentikan perang yang keji terhadap anak-anak di Yaman?”

Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia (Norwegian Refugee Council), Jan Egeland, menyebut serangan ini sebagai serangan yang  “tidak masuk akal, memalukan,” sebuah serangan yang menunjukkan “pengabaian yang mencolok terhadap aturan perang”.

Save the Children, sebuah lembaga kemanusiaan yang sedang beroperasi di Yaman, menggambarkan insiden itu sebagai “mengerikan”, dan menyerukan penyelidikan penuh, segera, dan independen terhadap serangan yang dilakukan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil.

Sementara itu di Washington, Amerika Serikat. juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert menyerukan pasukan koalisi untuk menyelidiki insiden itu.

“Kami sangat prihatin dengan laporan (yang mengatakan) bahwa ada serangan yang mengakibatkan kematian warga sipil,” katanya. “Kami menyerukan koalisi yang dipimpin Saudi untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan transparan atas insiden itu.”

Utusan khusus PBB yang baru untuk Yaman, mantan diplomat Inggris Martin Griffiths, berencana untuk mengundang pihak yang bertikai ke Jenewa pada bulan September untuk membahas kerangka kerja untuk negosiasi.

Berbicara kepada BBC, dia mengatakan bahwa jika konflik itu tidak terselesaikan, Yaman bisa runtuh dan komunitas internasional dapat melihat “Suriah-plus” di tahun-tahun mendatang.

“Perang di Yaman akan menjadi lebih rumit, semakin lama berlangsung. Akan ada lebih banyak kepentingan internasional dan polarisasi dalam hal para pihak (yang terlibat), itu akan terpecah lebih jauh, itu akan lebih sulit untuk diselesaikan – bahkan lebih dari sekarang,” ujarnya.

 

Peristiwa Serangan

Kamis (9/8), Provinsi Saada, Yaman, dilaporkan oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC/ International Committee of the Red Cross), sedikitnya 29 anak tewas dan 30 lainnya terluka dalam serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman.

Dilansir dari Aljazeera, pasukan koalisi menyerang bus sekolah ketika kendaraan itu sedang melaju di dekat pasar yang ramai di provinsi Saada yang menjadi wilayah kekuasaan Houthi, yang mana dekat dengan perbatasan ke Arab Saudi.

ICRC mengatakan di akun Twitter-nya bahwa tim medisnya di rumah sakit ICRC di Saada telah menerima mayat 29 anak-anak, semuanya di bawah 15 tahun. Rumah sakit juga menerima 48 orang yang terluka, 30 di antaranya adalah anak-anak.

ICRC mengatakan pihaknya mengirim pasokan tambahan untuk membantu rumah sakit untuk menghadapi lonjakan pasien. Photo: Reuters

ICRC mengatakan pihaknya mengirim pasokan tambahan untuk membantu rumah sakit untuk menghadapi lonjakan pasien. Photo: Reuters

Dalam postingan Twitter yang berbeda, Johannes Bruwer, kepala delegasi ICRC di Yaman, mengatakan bahwa “menurut pejabat setempat, total 50 orang tewas dan 77 orang terluka pagi ini (dalam serangan hari Kamis).

“Dari jumlah ini, rumah sakit ICRC di al-Talh menerima 30 orang tewas dan 48 luka-luka, yang sebagian besar adalah anak-anak.”

Menurut beberapa sumber, serangan itu terjadi Kamis pagi di luar pasar yang sibuk di kota Dahyan. Al-Masirah, jaringan TV pro-Houthi, mengatakan, bus tersebut membawa serombongan murid sekolah yang akan menghadiri kelas musim panas untuk belajar al-Quran.

Menurut sumber lain, dilansir dari website Save the Children, sebuah lembaga kemanusiaan yang sedang beroperasi di Yaman, mengatakan, “Staf kami memberi tahu kami bahwa para siswa sedang dalam perjalanan kembali ke sekolah dari piknik ketika pengemudi berhenti untuk minum. Serangan itu terjadi saat bus itu sedang berhenti.”

 

Pernyataan Pasukan Koalisi

Pasukan koalisi  Saudi-UEA kemudian mengeluarkan pernyataan resmi melalui jaringan televisi Al-Arabiya, milik Saudi, mengatakan bahwa serangan tersebut mengincar stasiun peluncur rudal milik Houthi di Saada.

“(Serangan udara itu) sesuai dengan hukum internasional dan kemanusiaan,” kata juru bicara pasukan koalisi, Kolonel Turki al-Malki.

Dalam pernyataan lainnya, dilansir dari the Guardian, pasukan koalisi menuduh bahwa Iran dan Houthi telah menggunakan anak-anak untuk dijadikan tameng manusia. Selain itu mereka juga bersikeras mengatakan tidak pernah menargetkan rakyat sipil dengan sengaja.

 

Tubuh Tercerai Berai

Terkait pernyataan pasukan koalisi, Nasser Arrabyee, seorang wartawan Yaman, mengatakan tidak ada pejuang Houthi di sekitar pasar tempat serangan itu terjadi.

“Tempat itu dikenal sebagai pasar, (dan) tidak ada instalasi militer di dekatnya … tetapi Saudi diketahui telah melakukan ini berkali-kali – menyerang sekolah, pesta pernikahan, dan sebagainya.”

Dia menambahkan bahwa rumah sakit di Saada akan kesulitan menangani korban yang terluka, dan jumlah korban tewas kemungkinan akan terus meningkat.

“Sulit untuk mengobati sejumlah besar korban yang terluka di Sanaa, apalagi di Saada, yang sangat terpencil dan primitif. Ini membuat situasi semakin buruk, dengan banyaknya yang terluka, kemungkinan akan mati karena tidak ada perawatan, tidak ada obat”.

Arrabyee menambahkan, “bahkan tim medis pertolongan pertama pun terbunuh,” dengan “bagian tubuh mereka tercerai-berai.”

Pada bulan April, pasukan koalisi juga dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 20 warga sipil Yaman dalam pengeboman sebuah pesta pernikahan, yang mana pengantinnya turut tewas dalam serangan tersebut. Sebagaimana dilaporkan Aljazeera, sepertiga dari 258 serangan yang dilakukan oleh pasukan Saudi dan UEA pada bulan Juni telah menargetkan situs-situs non-militer.

 

PH/IslamIndonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *