Satu Islam Untuk Semua

Friday, 21 March 2014

Reportase Terakhir


foto:customaniacs.org

Kisah kematian seorang wartawan perang saat merekam kehidupan anak-anak yang terjebak dalam perang orang-orang dewasa di Jalur Gaza. 

 

NABLUS,Tepi Barat pada Mei 2003. Sebuah Apache milik Israel menghancurkan sebuah mobil sekaligus menewaskan beberapa lelaki dan seorang bocah yang ada di dalamnya. Darah bercerean, serpihan daging terlempar ke segala arah. Di tengah kepanikan dan kemarahan massa, beberapa tenaga medis mengumpulkan serpihan daging para korban peSemboman tersebut. Mereka dibantu oleh sekelompok anak-anak kecil yang tanpa takut dan jijik ikut membongkar batu-batu dan serakan besi guna menemukan serpihan-serpihan daging itu.

Adegan kemudian beralih ke sekelompok anak-anak bersenjata batu yang tengah “tawuran” melawan tank-tank Israel. Ketika didekati oleh sang kameramen, salah seorang anak itu buru-buru menutup lensa kamera sambil berkata: “Jangan merekam, nanti ibuku melihatku!”kata remaja itu. Rupanya sang ibu di rumah lebih “manakutkannya” dibanding tank-tank Israel.

Sejak awal 2003, James Miller memutuskan untuk membuat reportase film dokumenter tentang konflik Palestina-Israel. Dengan mengikuti  arahan reporter Saira Shah, ia bukan saja ingin membuat film tentang kehidupan anak-anak Palestina tapi juga kehidupan anak-anak Israel  di zone perang Gaza.

“Kami ingin mengetahui bagaimana konflik tersebut di mata mereka, manusia-manusia yang akan menentukan damai atau perang di masa depan,”ujar salah seorang wartawan perang perempuan di Timur Tengah itu.

James sendiri mengakui bahwa “proyeknya” itu didasarkan pada rasa kemanusiaan.Sebagai manusia, ia syah-syah saja  berpaling, dan mematikan kamera lalu pergi dari kenyataan yang terjadi di depan matanya. “Tapi jika melakukan itu,  Anda tidak melakukan kesaksian apa pun terhadap mereka.Seorang jurnalis harus menunjukan tentang kenyataan yang sebenarnya dari sebuah situasi…”kata sutradara Unholy War tersebut saat diwawancarai dalam acara Larry King Live di CNN.

Alur film ini sesungguhnya terfokus kepada kehidupan  4 anak: Ahmed (12), Mohamed (12),Abdul Sattar (11) dan Najla (16). Mereka bertiga merupakan representasi dari situasi psikologis anak-anak yang ada di kawasan Gaza. Ahmed dan Mohamed mengaku sangat membenci orang-orang Yahudi. Bagi mereka, orang-orang Yahudi itu sama sekali bukan manusia,”Ibuku sering bilang mereka adalah penjahat yang selalu akan menembak apapun yang ada di hadapannya,”kata Ahmed.

Dengan keyakinan seperti itu, wajar jika mereka memiliki cita-cita untuk menjadi seorang syuhada—sebutan untuk para gerilyawan Palestina yang gugur saat melakukan perlawanan di daerah pendudukan. Bahkan di Gaza, adalah suatu hal yang biasa jika setiap lelaki (tak terkecuali lelaki kecil seperti Abdul Sattar) memiliki surat rahasia yang berisi “pesan terakhir”.

“Kita sewaktu-waktu harus siap mati demi Palestina,”katanya sambil menimang senjata M16 mainan dari kayu.

Tapi adegan yang paling saya sukai dari film ini adalah dialog antara Najla dan salah seorang temannya yang merasa takut saat mendengar suara sebuah pesawat tempur Israel yang tengah melintas di atas mereka.

“Kenapa kamu takut? Mereka yang takut kepada kita. Orang-orang Israel itu sebenarnya pengecut,”kata Najla

“Mereka selalu datang ke rumah kita dan mereka berkuasa atas senjata mereka,”kata temannya.

“Kau ingat saat seekor keledai menghalangi mereka lalu mereka menembaknya? Itu bukti mereka takut. Andaikan mereka tidak memiliki senjata, kita sudah lama pasti membunuhnya”

James memang piawai merekam adegan demi adegan untuk membentuk sebuah cerita yang sangat manusiawi dari bocah-bocah Palestina itu. Alih-alih berjarak dengan obyek yang ia liput, ia malah terlibat sangat dalam dengan keseharian anak-anak itu:kegembiraan,ketakutan dan kesedihan mereka. Termasuk saat ia harus mengakhiri liputannya dengan sebuah tembakan mematikan dari tentara Israel di lehernya, pada suatu hari di bulan Mei 2003.

Pada akhir film digambarkan anak-anak itu bersedih dengan kematian James dan ikut berdemonstrasi memprotes penembakan itu. Begitu terkesannya mereka dengan sosok James, sehingga dua dari 4 bocah itu memutuskan untuk merubah cita-citanya menjadi seorang wartawan perang. Sangat menyentuh. 

 

 

Judul Film : Death in Gaza
Produksi : Inggris,2004
Pemain: James Miller, Saira Shah
Sutradara: James Miller

 

Link film Death in Gaza:  Lihat VIdeo

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *