Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 03 October 2018

REPORTASE – Bak Kota Mati, Palu Belum Juga Merayap (Bagian 2)


Islamindonesia.od – REPORTASE – Bak Kota Mati, Palu Belum Juga Merayap (Bagian 2)

 

Laporan dari Safinuddin di Palu

 

Pemerintah sibuk sendiri. Satuan-satuan kerja seperti BNPB dan dinas-dinas terkait seperti lalu lalang dengan kegiatan yang super padat. Sayangnya, masyarakat tidak ada dalam irama kesibukan itu. Tiba-tiba saja, misalnya, mobil ambulance dan truk aparat keamanan melintas dengan bau mayat yng amat busuk. Tak lama kemudian masuk lagi truk tertutup terpal mengangkut bahan makanan. Masyarakat harap-harap cemas tentang kapan diumumkannya pengambilan ransum dan bantuan lainnya itu.

Kalaulah kesibukannya itu berkaitan langsung dengan penyaluran bantuan dan pemulihan keadaan, seharusnya ini dapat menenangkan warga. Ini justru sebaliknya. Saya menyaksikan dari dekat keresahan masyarakat, terutama yang terdampak langsung alias korban yang mengungsi. Selain itu, korban yang tak mengungsi yakni penerima dampak berupa tiadanya aliran listrik, putusnya jaringan komunikasi internet, dan lambatnya suplay bahan bakar, serta terhambatnya penerbangan komersil hanya mengeluhkan satu hal; matinya denyut ekonomi.

Memang roda ekonomi sekonyong-konyong putus. Uang serasa tak berarti di tengah masyarakat yang pedagangnya sebagian besar ikut meninggalkan kota.

Masyarakat sibuk dalam kesusahannya sendiri-sendiri di samping kesibukan pemerintah daerah.

Daya tahan masyarakat Palu sebenarnya amat tinggi. Tidak ada kerusuhan atau kekerasan. Tidak ada bentrok dengan aparat walau mereka harus dihadang oleh ngerinya rasa lapar karena kekurangan suplay makanan dan minuman. Begitu juga penyakit yang diperkirakan akan mulai muncul. Di sekitar Kampus Untad tadi siang saya sudah melihat ada anak yang sulit berjalan karena kutu air menyerang jemari dan punggung kakinya.

Para aktivis di posko rakyat yang dibuat sejak hari pertama pengungsian memiliki kegiatan rutin yang mirip mafia. Mereka seperti memiliki cara sendiri-sendiri untuk bisa mengakses bantuan. Saya bertemu dengan seorang relawan yang sudah lama saya kenal. Kira-kira jam 16.00, Selasa, 2 Oktober 2018. Beliau mendirikan posko di kampungnya, Watusampu, beberapa kilometer dari pusat Kota Palu. Dia menyampaikan kepada saya bahwa dia sedang mengincar bantuan yang akan datang nanti malam. Dia akan meminta sekitar 7 karung beras dan kebutuhan lainnya. Para koordinator posko ini beradu gesit untuk mengakses informasi dan menembus pusat-pusat penampungan atau transit bantuan. Mereka adu kuat untuk bisa memperoleh makanan, minuman, obat-obatan, dan pakaian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *