Satu Islam Untuk Semua

Monday, 05 September 2016

RENUNGAN—Perbedaan antara Pengetahuan dan Keimanan


Islamindonesia.id—Perbedaan antara Pengetahuan dan Keimanan

Ketahuilah bahwa keimanan berbeda dengan pengetahuan tentang Allah, keesaan Wujud-Nya, dan sifat-sifat-Nya—seperti sifat al-kamâliyyah (kesempurnaan), al-jalâliyyah (keagungan), atau sifat-sifat-Nya yang lain—pengetahuan tentang malaikat, kitab-kitab suci, dan hari akhir. Orang yang memiliki pengetahuan tentang semua itu tidak lantas menjadi mukmin. Iblis memiliki pengetahuan tentang semua itu lebih daripada saya dan engkau atau manusia pada umumnya, tetapi ia tetap tidak beriman.

Keimanan adalah tindakan hati; bila tidak masuk dalam hati, maka pengetahuan tidak bisa disebut sebagai keimanan. Setiap orang yang telah mengetahui suatu prinsip melalui metode rasional harus mengantarkan pengetahuannya itu ke dalam hatinya, dan menjadikannya sebagai tindakan hati berupa kepasrahan (taslîm) atau ketundukan serta penerimaan dan penyerahan-diri (istislâm). Hanya dengan demikianlah seseorang menjadi mukmin.

Puncak dari keimanan ini adalah ketenteraman (ithmi’nân). Bilamana cahaya keimanan menguat, hatinya pun menjadi tenteram dan mantap. Dan semua pengaruh ini tidak muncul dari pengetahuan. Karena, mungkin saja akal mengenal sesuatu dengan argumen, tetapi hatinya tidak tunduk kepadanya sehingga pengetahuan itu menjadi sia-sia.

Sebagai contoh, kalian semua mengetahui secara akal bahwa mayit tidak dapat membahayakan kalian dan bahwa semua orang mati di dunia ini tidak memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu, bahkan ia tak mampu melakukan gerakan seekor lalat, dan bahwa semua daya jasmaniah dan ruhaniah mayit telah hilang semuanya. Akan tetapi, karena hati kalian tidak menerimanya dan tidak menyetujui penilaian akal itu, kalian tetap tidak berani melewatkan semalam suntuk dengan sesosok mayit. Sebaliknya, jika hati kalian bersepakat dan menerima penilaian akal itu, maka tugas tidur semalaman bersama mayit itu tidak akan sulit bagi kalian. Bahkan, setelah beberapa kali melakukannya, hati kalian akan menjadi benar-benar tunduk dan tidak akan ada lagi rasa takut atau ngeri berhadapan dengan mayit.

Oleh karena itu, jelas bahwa ketundukan yang merupakan tindakan hati berbeda sama sekali dengan pengetahuan yang merupakan tindakan akal. Mungkin saja seseorang dapat membuktikan secara logis kemaujudan Allah, hari akhir dan pelbagai butir akidah lurus lainnya, tetapi semua itu tidak lantas dapat dianggap sebagai keimanan dan orang itu juga tidak dapat dianggap sebagai mukmin. Bahkan, mungkin saja ia malah tergolong sebagai kafir, munafik atau musyrik.

Saat ini mata kita tertutup dan pandangan gaib (al-bashîrah al-malakûtiyyah) kita tersekat. Akan tetapi, pada saat yang tersembunyi disingkapkan, kerajaan Ilahi hakiki ditampakkan, dunia lahiriah dimusnahkan dan kebenaran dibukakan, kalian akan menyadari bahwa banyak orang yang tidak memiliki keimanan sejati kepada Allah dan penilaian rasional mereka tidak sampai menjadi keimanan. Sebelum kalimat lâ ilâha illâ Allâh (tidak ada tuhan selain Allah) tertulis dengan tinta akal dalam lembaran hati yang putih-bersih, manusia tidak akan beriman pada keesaan Allah.

Ketika kalimat nurani Ilahi itu tergores dalam hati, dengan sendirinya hati akan menjadi tempat bagi kerajaan Dzat Yang Mahakuasa. Hanya setelah itulah manusia tidak lagi melihat maujud yang berpengaruh di alam raya selain Allah. Ia tidak lagi mengharapkan kedudukan atau kemuliaan apa pun dari sesama manusia. Ia juga tidak akan lagi mengejar kemasyhuran dan kehormatan di sisi orang kebanyakan. Hati orang ini tidak akan menjadi riya dan manipulatif.

Oleh karena itu, jika kalian melihat riya dalam hati kalian, sadarilah bahwa hati kalian belum sepenuhnya tunduk kepada (ajaran-ajaran) akal dan keimanan belum bersinar di hati kalian. Jika kalian menganggap makhluk lain sebagai tuhan atau sebagai maujud yang berdaya mempengaruhi peristiwa di dunia ini sehingga kau tidak meyakini Al-Haqq sebagai satu-satunya yang Faktor, maka itu berarti kalian telah bergabung dengan kelompok orang-orang munafik, musyrik atau kafir.

 

AJ/IslamIndonsia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *