Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 12 August 2015

RENUNGAN – Menyiangi Benalu Jiwa


Suatu hari, seorang ayah memanggil anaknya yang berusia 10 tahun. Ia memperlihatkan kepadanya dua tanaman yang masih tumbuh kecil di pekarangan rumah. Sang ayah menjelaskan tentang dua pohon itu. Yang satu pohon mangga, yang satu jenisnya benalu. Sang Ayah menyuruh anaknya menyirami kedua pohon yang tumbuh berdekatan itu dua hari sekali. 

Sesekali anak bertanya dan ayah menjawab sekadarnya tanpa menjelaskan maksud sesungguhnya.

Setahun berlalu, kedua pohon mulai tumbuh tinggi. Pohon mangga tumbuh ke atas. Pohon benalu tumbuh melilit di batang mangga. 

Sang Ayah kembali memanggil anaknya. Ia menyuruhnya menyiangi akar benalu dan tetap menyirami pohon mangga seperti biasanya. 

Lima tahun berlalu, pohon mangga tumbuh dewasa. Bunga mulai merekah menandakan mangga mulai berbuah. Anak merasa senang melihat mangga yang ia sirami mulai berbuah untuk pertama kali. Ia pun datang ke ayahnya untuk memberikan kabar gembira. 

Sang Ayah sudah tahu. Ia sudah merasa anaknya akan datang dan menyampaikan hal itu kepadanya. 
Melihat anaknya sudah mulai dewasa, Sang Ayah mulai menyampaikan apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan sejak dulu. “Nak, kamu sekarang sudah dewasa. Mungkin ini saatnya ayah berbicara sungguh-sungguh kepadamu. Masih ingatkah saat Ayah dulu menyuruhmu menyirami dua pohon (mangga dan benalu) kemudian Ayah menyuruhmu mencabut benalu?” 

“Iya. Masih ingat Ayah.”  

“Di dalam dirimu ada dua kekuatan besar yang saling mempengaruhimu. Yang satu ingin membawamu kepada kebaikan dan kebahagiaan. Yang satu lagi menjerumuskanmu dalam keburukan dan kesengsaraan. Ayah gambarkan keduanya seperti dua pohon. Pohon mangga sebagai kebaikan dan benalu sebagai keburukan.” 

“Kai harus berjuang keras mengikuti kebaikan-kebaikan dan berusaha sekuat tenaga melawan keburukan-keburukan yang menghampirimu. Jika keduanya jalan beriringan dalam dirimu, kau bakal bernasib seperti mangga yang terlilit benalu;  mudah mati dan sulit berbuah. Tiada manfaat.” 

“Mana yang akan kamu rawat, itu yang akan tumbuh. Apa yang kamu tanam itu yang akan kamu panen kelak. Rawatlah kebaikan dalam dirimu seperti kamu merawat pohon mangga sekarang. Supaya kamu dapat menuai hasil dari kebaikanmu. Cabutlah, dan abaikan keburukan-keburukan seperti kamu cabut benalu hingga akar-akarnya, supaya ia tak tumbuh menguasai dirimu dan membawamu ke pintu penyesalan.” 

Malik/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *