Satu Islam Untuk Semua

Friday, 21 March 2014

Rasul pun Menangis


aiendyu.com

Hati Rasul Saw. begitu gembira saat istrinya, Mariyah Al Qibtiyah melahirkan seorang putra. Setelah shalat dan berdoa, Rasul kemudian memangku sang bayi dan memberikan nama kepada buah hatinya itu serupa dengan nenek moyang beliau, Ibrahim As.

Beberapa hari kemudian, Rasul menyembelih dua ekor domba, mencukur rambut sang bayi, dan bersedekah kepada kaum fakir miskin Madinah.

Melihat wajah Rasul yang sangat sumringah, para ibu-ibu Anshar berebut untuk ikut memberikan kegembiraan itu. Yakni dengan cara menawarkan diri mereka untuk bisa menyusui sang bayi.

Ibrahim akhirnya disusui seorang tukang pandai besi bernama Abu Saif yang bermukim di perbukitan Madinah.

Namun, kebahagiaan Rasul tak berlangsung lama. Sekitar satu tahun kemudian, sang putra dirundung sakit. Beliau pun mendatangi sang putra bersama Abdurrahman bin Auf. Lalu, memangkunya, mengambil Ibrahim dari pangkuan ibunya, Mariah Al Qibtiyah.

Dalam keadaan hampir meninggal dunia, Rasul berkata, “Sungguh Ibrahim, kami tidak dapat berbuat apa-apa untuk melindungimu dari kekuasaan Allah.”

Air mata Rasul berlinang, melihat putra kesayangannya menghadapi sakaratulmaut. Kemudian, beliau mendengar suara tarikan nafas terakhir putranya tersebut. “Ibrahim sudah wafat,” ucap Rasulallah.

Mendengar itu, Mariah dan Sirin, bibinya sontak kaget dan sedih. Sementara itu, Rasul mendekap sang putra sembari meneteskan air mata.

Melihat itu, Abdurraman bin Auf berkata lirih kepada beliau, “Wahai Rasul, engkau juga menangis?”

“Abdurrahman, air mata kami mengalir, hati sedih, namun kami tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang diridhai Allah. Sungguh, kami betul-betul sedih dengan kepergian Ibrahim.” Jawab Rasul menahan pilu.

—-

Kisah ini diceritakan kembali dari sebuah hadis yang dituturkan oleh Muttafaq Alaih (Bukhari dan Muslim) dari Anas bin Malik. Diolah dari buku Mutiara Akhlak Rasulallah Saw.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *