Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 03 September 2014

Ramai-Ramai Memperjuangkan Hijab


Ummahsport.net

Semakin banyak saja wanita Muslimah yang ingin mempertahankan hijabnya. Sebut saja Indira Kaljo. Gadis kelahiran Sarajevo 26 tahun lalu ini adalah guard tim basket Universitas Tulane Amerika Serikat. Baru-baru ini, lewat Dewan Relasi Amerika-Islam, ia berusaha menekan Federasi Internasional Basket (FIBA) agar pemain basket diizinkan berhijab saat bertarung di lapangan.

“Saya tidak harus memilih antara agama dan olah raga,” ujar Kaljo seperti dilansir Think Progress. “Dan bukan hanya saya, pemain-pemain di seluruh dunia [juga begitu],” tambahnya mantap.
Wanita berdarah Bosnia-Amerika ini sebelumnya melepas hijab saat bermain di Tulane atau dalam perlombaan professional tahunan di Irlandia.  Tapi tahun ini, ia berusaha menjaga hijabnya. Hanya saja, ia akan gagal bermain di Eropa jika larangan tetap berlaku.

Asosiasi  Basket Internasional (IBA) memang melarang pemain basket mengenakan tutup kepala berbau agama seperti turban, hijab dan yarmulke (kopiah Yahudi). Dan larangan ini, menurut Kaljo, “Sangat tidak menghormati. Tak ada cara lain mengatakannya, itu sangat tidak menghormati…”

Larangan ini sendiri menuai banyak kritik internasional. Mulai dari federasi basket Turki, kalangan sosial media sampai pengacara Amerika, terutama usai IBA melarang beberapa pemainn Sikh India dari beberapa pertandingan di turnamen Asia. Karena larangan ini pula, tim putri usia 18 tahun dari Maladewa akhirnya mengundurkan diri dari turnamen Asia bulan ini.  

Kabarnya, FIBA akan meninjau ulang kebijakan ini dalam rapat di Spanyol sebelum pertandingan dunia  basket bermula minggu ini. Tapi FIBA kemudian mengumumkan penundaan pada Kamis (28/8). Berarti, larangan mengenakan hijab tetap berjalan.

Dalam pembelaannya, FIBA mengklaim larangan ini bertujuan menjaga keamanan para pemain. Tapi Kaljo membantah klaim itu, karena saat mengenakan hijab, rambutnya yang kebetulan panjang itu aman-aman saja di balik kerudungnya; ‘tidak terbang kemana-mana’. Kenapa FIBA tidak mengikuti jejak Federasi Sepakbola (FIFA), tanyanya.

FIFA sudah mencabut larangan hijab bagi pemain sepak bola lepas menggelar pengamatan dua tahun tentang keamanan memakai hijab saat bermain sepak bola. Federasi Judo (IJF) juga meneken izin bagi judois Saudi untuk mengenakan hijab di Olimpiade London 2012 silam.

Kaljo merasa heran, kenapa ada pihak yang ingin mencopot hijab pemain. Ia tak bisa membayangkan bahaya seperti apa yang akan mengancam pemain jika ada pemain lain yang berhijab. “Yang bisa saya bayangkan, dua [pemain] wanita bertengkar. Tapi di situ tidak ada yang bisa dilakukan  dengan hijab yang dipakai. Petugas [pertandingan] lah yang harus intervensi,” tambahnya.

Ia meminta FIBA mengajukan sebuah alasan valid dan masuk akal hingga badan internasional itu tak jua mencabut larangan hijab tahun ini.

Ternyata, bukan Kaljo dan rekan-rekannya saja yang kesal. Politikus dari kubu Republik, Joe Crowley dan Ami Bera juga ikut menyurati FIBA, mewakili 20 anggota lain Kongres Amerika. Dalam sebuah pernyataan, Crowley dan Bera bilang, “Kami kecewa FIBA menunda peninjauan ulang sebuah kebijakan. Ini hanya bisa digambarkan sebagai sebuah [tindakan] usang, diskriminatif dan benar-benar inkonsisten dengan cita-cita tim olahraga.”

(Nisa/Think Progress)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *