Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 18 March 2014

Rahasia Keunikan Mushalla Selasar Sunaryo


Islam Indonesia

Di setiap hal kecil yang disematkan dalam mushalla Selasar Sunaryo tersimpan berbagai fungsi yang sangat bermanfaat bagi manusia.

 

Pada umumnya mushalla memiliki fungsi utama untuk shalat. Namun, selain fungsi utama tersebut, ada berbagai fungsi lainnya yang terkadang jarang disadari oleh manusia, baik bagi yang membuat mushalla itu sendiri maupun bagi yang mengunjunginya.

Fungsi ini cukup urgen, sebab selain bisa untuk mendukung kekhusyuan manusia dalam beribadah, juga bisa memberikan dampak positif bagi siapa pun yang memasuki ruangan tersebut, bahkan bagi mereka yang tidak beragama Islam.

Hal inilah yang membuat mushalla di jalan Bukit Pakar Timur No 100, Bandung, tepatnya di Selasar Sunaryo tampak berbeda dari yang lainnya. Mushalla ini, secara bentuk sangat kentara lebih menonjolkan unsur seni, sehingga terlihat begitu unik.

Namun, siapa sangka, dalam setiap hal kecil yang disematkan dalam mushalla kecil itu tersimpan berbagai fungsi yang sangat bermanfaat bagi manusia.

Ditemui di rumahnya, jalan Bukit Pakar Timur No. 25, Bandung pada Minggu (16/03) pemilik sekaligus arsitek mushalla, seniman kelahiran Banyumas, Jawa Tengah ini bercerita panjang lebar tentang rahasia keunikan hasil karyanya tersebut.

Sunaryo menjelaskan bahwa mushalla dengan ukuran 2 M x 4 M ini memiliki konsep dan filosofi selain sebagai tempat ibadah, juga untuk memunculkan suasana khusyuk,

“Tempat ibadah yang paling privat itu kan mushalla—seperti di rumah. Selain untuk pribadi, dipakai juga untuk kerabat, teman, juga ada tamu. Nah, bagaimana membuat suasana khusyuk dalam shalat, merenung, tafakkar, punya arti, maka saya buat yang seperti ini.”

Sementara itu, untuk bentuk keseluruhan mushalla, ia mengatakan bahwa itu disesuaikan dengan ide bangunan selasar. “Bangunan selasar itu prinsipnya seperti rumah di mana pun zaman dulu. Penambahannya saya ambil dari prinsip di Eropa, ruangan sempit bisa jadi ruangan yang bermanfaat. Orang bisa memanfaatkan ruangan kecil itu. Seperti seniman bisa menyimpan lukisan di ruang-ruang kecil itu, atau juga bisa ngopi-ngopi.”

“Itu sebabnya mushalla ini ada lengkung, dan terlihat seperti dua bangunan.”

Al Fatihah yang disematkan dalam mihrob mushalla, dikatakan Sunaryo berfungsi untuk menandakan bahwa surat itu sebagai pembuka dari segala ayat.

Di bagian tengah mihrob, ada tembok yang terbelah dua dan sengaja dibiarkan sedikit kosong. Hal ini diakuinya sebagai tempat untuk masuknya cahaya, “Biar udara bisa masuk, sedikit saja. Jadi kalau yang terbiasa konsentrasi, duduk di depan itu terasa nyaman.”

Di bagian kanan dan kiri samping mihrob, terdapat dua kaca. Ini berfungsi sebagai pencahayaan atau penerangan, agar matahari tidak langsung menembus tubuh manusia yang bisa membahayakan.

“Kalau cahaya siang, sore itu kan membahayakan, kalau pagi bagus, tidak masalah. Kaca itu untuk sinabung biar gak terlalu terang. Saya lebih senang artistik, daripada aura mistik.”

Lantai mushalla menggunakan  kayu dengan tujuan agar hangat, “Kalau lantai itu kan dingin. Tidak nyaman untuk beribadah. Sehingga kalau ada publik yang misalkan tanpa sajadah pun tidak akan kedinginan.”

Untuk tembok yang bertekstur tidak rata, lelaki kelahiran 15 Mei 1943 ini menjelaskan bahwa, “Itu multitafsir, saya memberikan ruang pada siapa pun yang ingin menginterpretasikan kondisi tembok itu.  Tapi, bisa saja menjelaskan kondisi manusia yang tidak sempurna,”

Sedangkan untuk kombinasi warna, Sunaryo sengaja mengambil warna yang nyaman untuk manusia, yakni hijau untuk pintu, cokelat untuk kayu bagian lantai, dan tembok dengan dua warna, abu-abu dan emas.

“Saya suka warna merah, tapi tidak saya pilih untuk mushalla.  Karena merah itu merujuk pada hal-hal yang bersifat profan, modernitas. Warna emas dipilih sebagai penanda pada suatu kebesaran. Makanya diletakkan di mihrob. Hijau ada unsur nyaman, enak dilihat. Saya ingin membuat siapa pun yang memasuki ruangan ini nyaman. Makanya pintu itu dibuat warna hijau, bisa memunculkan spiritualitas seseorang.”

Sembilan kaca di bagian belakang yang terletak dekat pintu, berfungsi sebagai fentilasi, “Secara proporsi membutuhkan itu, tetapi bisa saja kan saya taruh delapan. Tapi saya pilih angka ganjil, karena kesukaan nabi, ya mulstitafsir dengan angka itu.”

Pintu terbuat dari kayu dan dipahat sampai bolong diakuinya berfungsi agar tidak pengap. “Itu motif garis-garis supaya kalau dipahat bisa bolong kecil dan biar ada udara yang tidak terlalu kentara.”

“Kalau sejuk itu dari alam, di sekitar sengaja ditanami pepohonan.”

Kotak mukenah, diletakkan di depan pintu masuk bertujuan agar orang tidak mencari ke mana-mana. Sedangkan sebuah piring unik bertuliskan surat An-Nas, dan tiga piring lainnya bermotif bunga diakuinya sebagai hiasan yang membuat mata enak memandang, “Di sana ada hiasan piring itu beli di Yordania. Saya pernah mengunjungi Masjidil Aqsho, di sebelahnya ada toko, saya beli di sana. Biar enak dilihat mata saya taruh di sana.”

Kotak sampah sengaja diletakkan di samping mushalla, agar orang-orang yang berkunjung menyadari pentingnya menjaga kebersihan, dan memisahkannya antara sampah organik dan anorganik agar kemudian diolah kembali menjadi hal yang bermanfaat, tidak mengotori bumi, tidak merusak alam.

 

Sumber: Islam Indonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *