Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 08 September 2015

RAGAM – 27 Tahun Menabung, Tukang Cuci di Aceh Naik Haji


Niat, doa dan tekad mampu mengantarkan seseorang untuk menggapai apa yang diinginkannya. Itulah yang diyakini Nuraini, seorang buruh cuci di kawasan Lamtemen, Banda Aceh.

Bagi sebagian orang, profesi yang ditekuni Nuraini terbilang pekerjaan dengan upah rendahan. Sebulannya, wanita berusia 46 tahun ini hanya mendapatkan gaji Rp 1 juta, yang ditotalkan dari tiga rumah tempatnya bekerja. Tapi siapa sangka, uang hasil keringatnya itu mempu mengantarkannya ke Makkah, menunaikan rukun Islam kelima.

“Saya mencuci baju di tiga rumah, setiap hari,” sebutnya.

Saat Islam Indonesia berkunjung ke rumahnya belum lama ini, Nuraini menyempatkan bercerita seputar perjuangannya hingga bisa melaksanakan ibadah haji.

Tidak gampang baginya untuk mendapatkan nomor urut jamaah haji. Berasal dari keluarga yang sangat sederhana, Nuraini harus menabung selama 27 tahun, dari upahnya sebagai buruh cuci, untuk bisa mewujudkan cita-citanya. Tabungannya dimulai sejak dia duduk di bangku sekolah Menengah Atas. Tujuannya cuma satu, naik haji.

“Itulah niat saya. Saya memang ingin sekali naik haji. Maka itulah saya niat untuk mengumpulkan duit dari nyuci. Mulai dulu dapat Rp 5.000,” tutur anak keempat dari delapan bersaudara ini.

Keinginannya untuk naik haji kerap dilontarkan pada ibunya, Bahriah (75). Dia mengatakan meskipun tidak rutin menabung tiap bulan, dia tetap menyisihkan uangnya untuk ditabung setelah dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Pada ibunya, dia selalu mengatakan ingin naik haji seperti orang berada lainnya.

“Mak, ini ada uang lebih, saya kumpul (tabung). Saya mau naik haji,” tuturnya selalu.

Nuraini sadar dia bukan orang berharta. Namun hal itu tidak membuat niatnya untuk berangkat ke tanah suci pupus begitu saja. Baginya, bila orang lain bisa naik haji, dia juga punya peluang. Tekad itulah yang terus ditanamnya hingga dia berusaha sekuat tenaga.

Sejak usia 15 tahun berbagai pekerjaan dilakoninya, mulai dari membantu menjaga anak majikan, hingga menjadi buruh cuci seperti saat ini.

Saat tabungannya mencapai Rp 10 juta, Nuraini membuka rekening tabungan haji. Wanita ini terus bekerja untuk mencukupi biaya pendaftaran jamaah haji. Hingga pada 2008, saat jumlah tabungannya mencapai Rp 30 juta, dia mengajak temannya untuk mendaftar bersama sebagai calon jamaah haji.

“Memang kalau dari orang tua saya tidak ada. Ada uang tapi cuma pas buat makan saja, makanya saya nabung sedikit-sedikit. Berdoa ‘Ya Allah saya ingin naik haji’,” kisahnya.

Setelah melewati daftar tunggu, akhirnya Nuraini berangkat ke tanah suci tahun ini. Dengan wajah penuh senyuman, Nuraini mengaku sangat senang bisa ke Makkah. Oleh sebab itu, selama tiga bulan belakangan dia berhenti bekerja agar fokus mempersiapkan kebutuhan untuk berangkat ke tanah suci. Selama menunggu masuk embarkasi haji, Nuraini mengisi waktunya dengan mengikuti manasik haji dan memperdalam ilmu agama.

Nurul Fajri/IslamIndonesia.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *