Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 20 January 2016

PUISI – Dua Wajah Timbangan


Dari sumber tawamu sering kali menjadi tumpahan air mata. Bagaimana mungkin itu terjadi! Semakin dalam penderitaan terukir, semakin banyak pula kebahagiaan kita tergali.

Bukankah cangkir yang terisi minumanmu adalah cangkir yang pernah terbakar? Dan bukankah seruling yang menyejuk kan jiwamu adalah bambu yang pernah dilubangi pisau? Ketika kau bahagia, lihatlah dalam hatimu dan kau akan menemukan bahwa yang telah memberimu kebahagiaan adalah penderitaan.

Ketika kau menderita, lihat lagi dalam dalam hatimu, dan kau akan dapat melihat bahwa sesungguhnya kau menangisi apa yang pernah menjadi kebahagiaanmu. Keduanya tidak dapat dipisahkan, seperti timbangan antara kebahagiaan dan penderitaan.

Bagi yang berduka, ratapan adalah kesenangan. Dan yang tertindas lega dalam doanya. Saat aku ziarah ke larut waktu di setiap 2/3 malam, masih ada kloning di menara kesendirianku. Kurenungkan bahwa duka dan penderitaan bukanlah masalah melainkan harmoni dan keseimbangan.

Malam kelabu adalah batas paling musykil bagi setiap sentuhan yang pagi ini hadir pada baris-baris puisiku. Jika malam mengelupas kulit ragu hingga aku membubuhkan amin di ujung setiap doa. Pagi adalah senyuman dimana aku tetap bertahan sebagai tanda seru di akhir setiap isyarat kalimat cinta.[]

MKS/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *