PUISI – Ayah Lelaki Gagah

Lelaki berambut putih
terpaku di akhir waktu
Dulu gagah perkasa
kini kian renta
Dan aku menatapnya penuh bangga
di sini sejak lama
Langkahnya kian gontai
setelah melewati hari-harinya tanpa santai
Namun keras tulangnya masih sedikit sisa
bekalnya mengarungi senja
tanpa manja
Kulit keriput bukan alasan
Pandangan kurang bukan halangan
Pendengaran lemah tak dihiraukan
Penyakit tua itu kepastian
Dia bukan tipe orang kota
yang mengandalkan asuhan anak-anaknya
Atau menetap di panti jompo
menghabiskan waktu tersisa dengan loyo
Dia masih berlari menaklukkan hari
Baginya diam mematung artinya mati
Meski tertatih tetap melangkah
terus melawan takkan menyerah
Jika Malakal maut menyapa nanti
nyawa lepas dalam gerak amat berarti
bukankah gerak adalah ibadah?
katanya
Aku darinya
Anak-anakku titisannya
namun sayang keperkasaanmu tidak kau wariskan
mana bisa kan!
Lelaki berambut putih itu kini sendiri
Menyepi di ujung hari
Wahai Pemilik hari
Kebaikannya sebagai saksi
Pengorbanannya sudah cukup bagi kami
Biarlah akhir senja lelaki gagah itu bahagia
Dalam naungan Rahmatmu yang Maha
Muh/IslamIndonesia
Gambar: https://www.flickr.com/photos/bornjavanese/3010133952
Leave a Reply