Satu Islam Untuk Semua

Friday, 26 February 2016

‘Propaganda LGBT Bagian dari Perang Modern’


Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan dukungan dan propaganda paham kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transjender (LGBT) bagian dari perang proksi (proxy war).  Perang proksi, kata eks kepala staf angkatan darat ini, merupakan model perang modern untuk menjajah suatu negeri tanpa mengirim pasukan fisik.

“(LGBT) bahaya dong, kita tak bisa melihat (lawan), tahu-tahu dicuci otaknya, ingin merdeka segala macam, itu bahaya,” kata Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan Jakarta, 23/2.

Seperti dikutip republika.co.id (12/2), United Nations Development Programme (UNDP) menganggarkan 8 juta dolar AS atau senilai Rp. 108 miliar untuk mendukung  komunitas LGBT di Indonesia. Bagi Ryamizard, dibanding perang konvensional secara fisik, perang modern seperti perang proksi tidak menguras banyak dana.

“Perang (proksi) murah meriah,” kata jebolan Akademi Militer 1974 ini.

Meski tidak perlu menghabiskan banyak dana, lanjut Ryamizard, perang proksi yang tenar di era modern ini lebih rumit dan bahaya dibanding agresi militer secara fisik. Rumit karena musuh tak terlihat sehingga tak mudah dideteksi, katanya.

“Kalau perang proksi, tahu-tahu musuh telah sudah menguasai bangsa ini. Kalau bom atom atau nuklir ditaruh di Jakarta, Jakarta hancur, di Semarang tak hancur. Tetapi, kalau perang modern, semua hancur. Itu berbahaya.”

Ciri perang modern, menurut pria 65 tahun ini, tidak lagi menggunakan senjata tapi propaganda pemikiran. “Tidak berbahaya perang alutsista, tetapi yang berbahaya membelokkan pemahaman terhadap ideologi negara,” katanya.[]

 

Edy/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *