Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 23 January 2014

Promosikan Islam, Italia Tiru “Gaya” Dakwah Indonesia


ROL

Untuk mengenalkan dan mempromosikan Islam di tengah-tengah warga Italia, komunitas Muslim di sana dikabarkan ingin meniru gaya dakwah yang selama ini dilakukan oleh orang Indonesia.

Wakil Ketua Italian Islamic Religious Community sekaligus Ketua Dewan ISESCO (Islamic Education, Scientific, and Culture Organization) Eropa Yahya Sergio Yahe  Pallavicini mengatakan, cara yang dilakukan oleh orang Indonesia sejak ratusan tahun lalu untuk menyebarkan Islam sangat menarik, yakni dengan menggunakan pendekatan budaya.

“Ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang bijak, bisa melakukan pendekatan terhadap orang yang belum Islam melalui cara budaya lokal. Ini memberikan keuntungan pada orang yang belum memeluk Islam,” kata Yahya di sela acara Konferensi Islam Khusus Menteri  Kebudayaan yang diselenggarakan oleh ISESCO  di Madinah, Arab Saudi, seperti dikutip dari Republika.co.id pada Kamis (23/1/14).

Selama bertahun-tahun mempelajari bagaimana penyebaran dan pengembangan agama Islam yang dilakukan oleh Indonesia dan Arab, menurut Yahya, cara yang dilakukan oleh kedua negera tersebut berbeda.

“Arab bagus karena tempat lahirnya Islam. Tapi tidak mudah jika cara-cara Arab diimplemetasikan di Italia,” kata Yahya. Karena itu, ia menilai cara yang dilakukan oleh Indonesia dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam lebih cocok dikembangkan di Italia. Karena, terkadang  orang non muslim di Italia tidak menyukai cara-cara yang dilakukan orang Arab dalam memperkenalkan agama Islam.

“Kami ingin meneruskan apa yang telah dilakukan oleh Indonesia ke Italia. Di mana, cara itu akan bisa membuka pikiran orang Italia terhadap Islam,” katanya. 

Yahya mengaku kagum dengan cara orang-orang di Indonesia dalam menyebarkan agama Islam setelah mendengarkan pemaparan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia M. Nuh. 

Saat itu, Nuh menceritakan bagaimana Sunan Kalijaga, salah satu dari Walisongo, yang menyebarkan agama Islam melalui pendekatan budaya. Nuh mengatakan,  kebudayan memiliki tiga aspek. Yaitu, ekspresi (permukaan), substansi, dan nilai. Menurutnya, orang sering kali terjebak di ekspresi atau hanya kulit luarnya saja.

“Nah apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga itu, tidak  begitu menganggap penting kulit luarnya saja, tetapi yang paling penting adalah substansi dan nilai dari ajaran Islamnya,” kata Nuh yang memaparkan dalam bahasa Inggris.

Menurutnya, dengan cara seperti itu, perpindahan orang Indonesia di zaman dulu dari Hindu dan Budha ke Islam, melalui cara-cara perdamaian yaitu kebudayaan. Sehingga, tak ada dendam yang muncul dari orang Hindu dan Budha kepada umat Islam di Indonesia saat ini. Hal tersebut berbeda dengan penyebaran Islam di Cordoba, Spanyol.

Saat Islam masuk, seluruh kebudayaan lokal dihapus tradisinya. Yang tersisa hanya bangunan fisiknya saja. Sehingga, begitu Islam dikalahkan, maka sisa-sisa ajaran Islam pun diberangus habis.

“Ibaratnya, kalau orang yang berkuasa melalui kudeta, nanti kalau jatuhnya juga dengan dikudeta,” kata Nuh.  

Sumber: ROL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *