Satu Islam Untuk Semua

Monday, 18 November 2013

Prof.Machasin: Kearifan Lokal dan Agama Bisa Selaras


Perbedaan budaya antar masyarakat Indonesia  sesungguhnya bisa berjalan secara harmonis jika dikelola dengan bijaksana. Karena itu  perlu ada upaya serius untuk menciptakan kerukunan nasional, salah satunya sebuah dialog pengembangan wawasan multikutural bisa menjadi alternatif.Demikian pernyataan Rais Syuriah PBNU Prof. KH. Machasin seperti dikutip oleh NU Online pada Minggu (17/11)

“ Tujuannya untuk semakin mendekatkan, saling mengenalkan, dan mengupayakan kerjasama di antara komponen masyarakat,” tujar Machasin. 

Menurut Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI tersebut dari berbagai dialog multikultural yang telah diadakan pihaknya di Jawa Tengah beberapa waktu lalu,  ada temuan sejumlah faktor yang bisa menjadi penguat bagi kerukunan di wilayah ini.

“ Misalnya sikap toleransi yang sudah sangat mewarnai dan menjadi ciri kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Tengah,” katanya.

Ada juga bentuk lain kearifan local yang terdapat di Jawa Tengah  seperti ungkapan-ungkapan, sikap dan perilaku.  Misalnya ungkapan pribahasa: “rukun agawe santoso, crah agawe bubrah”, yang kurang lebih artinya “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”.

Contoh kearifan lokal  lain bisa berupa kegiatan sosial kemasyarakatan seperti  acara “apitan sedekah bumi”, sambatan dan lain sebagainya. Dalam budaya sosial orang Jawa Tengah semua kegiatan tersebut, menjadi media untuk menguatkan suasana kebersamaan dan persaudaraan.  

“Akan tetapi hal yang penting yang perlu diperhatikan, yakni bagaimana mengaplikasikan keduanya, antara kearifan lokal dengan kearifan agama. Biarkanlah keduanya berlaku secara alamiah. Local wisdom menjadi jembatan di antara berbagai keberbedaan yang ada,” jelas Machasin. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *