Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 23 August 2014

Prestasi Gemilang Tim ASAD 313: Dari Desa Untuk Dunia


Islam Indonesia

Sepakbola merupakan rutinitas yang seringkali Alwi Syueb perhatikan tiap kali mengantarkan putra pertamanya ke salah satu sekolah sepakbola di Purwakarta. Siapa sangka, lelaki sederhana penyuka nasi goreng itu kini menjadi manajer salah satu tim bola junior ASAD 313, yang akan mewakili Indonesia dalam ajang sepakbola anak dunia di Brazil November nanti.

Kurangnya latar belakang pendidikan yang tinggi tak membuat Alwi berhenti berperan di tengah masyarakat. Maka ia pun mencoba peruntungan di bidang olah raga.

“Saya kepikiran aja bikin tim sepakbola junior,” ucapnya saat ditanya alasan membentuk tim ASAD 313. “Saya rasa untuk saat ini Indonesia masih kurang prestasi dalam ranah olahraga,” lanjutnya.

Tim yang semula digagas pada tahun 2010 itu baru dapat terbentuk pada Juli 2013 lalu. Bersama beberapa orang rekannya yang sama-sama berlatar belakang sepakbola, Alwi begitu optimis membentuk tim sepak bola junior.

Menariknya, konsep Alwi begitu unik, pemain timnya harus berasal dari desa-desa sekitar Purwakarta.

“Paru-paru anak desa masih bersih, masih belum banyak dipengaruhi polusi,” jawab Alwi bersemangat menjelaskan kelebihan fisik anak desa ketimbang anak kota.

Sesungguhnya Alwi hanyalah sosok lulusan SMA biasa yang kemudian sempat bekerja di industri meubel milik orangtuanya. Setelah menikah dan memiliki 4 orang anak, barulah Alwi mulai menggagas tim ASAD 313.

“Ya, sendiri,” jawab Alwi lugas saat ditanya bagaimana pada awalnya dia bentuk tim sepakbola junior itu.

Pria kelahiran Maret 1972 itu mengaku bahwa dirinyalah yang pada awalnya menggagas pembentukan tim bola junior. Barulah kemudian ia minta bantuan rekan-rekannya untuk turun langsung “berburu” calon pemain ke desa-desa.

“Saat itu saya bersama 3 rekan pelatih lainnya pergi ke desa-desa untuk menyeleksi para pemain muda desa di Jawa Barat,” kenang Alwi.

Satu persatu Alwi masuki desa-desa seputaran Purwakarta sampai Karawang untuk menemukan bakat-bakat sepakbola yang dimiliki anak-anak desa. Model seleksi yang Alwi lakukan begitu sederhana, yang penting anak-anak bidikannya itu punya ketertarikan sekaligus keterampilan awal bermain bola, itu pun sudah cukup.

“Setidaknya 11 tahun, usia pemain yang kami targetkan untuk dibentuk,” tutur pria pendengar setia lagu-lagu Iwan Fals ini tentang usia minimal para calon pemain di tim junior bentukannya.

Setelah melalui beberapa tahapan seleksi, akhirnya terpilihlah 12 anak dari beberapa wilayah di sekitar Purwakarta sampai Karawang sebagai pemain. Sementara Kapten kesebelasan ASAD 313 dipercayakan kepada putra pertama Alwi sendiri.

Kemudian mereka mulai dilatih dan dibina baik secara fisik maupun mental dalam camp pelatihan yang telah Alwi siapkan, yaitu di sebuah rumah kosong milik orangtuanya.

Nama ASAD sendiri merupakan kepanjangan dari Asli Sepakbola Asal Desa. Nama itu Alwi berikan sebagaimana tempat para pemain timnya berasal, yakni desa.

“Saya ini sudah seperti ayah mereka sendiri,”  sebut Alwi tentang anggapan para pemain terhadapnya.

Menganggap para pemain ASAD 313 seperti anak sendiri, membuat Alwi semakin giat melatih dan mengarahkan anak-anak muda desa itu pada cita-cita tinggi dan mimpi-mimpi mereka.

Sejak itulah tim ASAD 313 lalu mengikuti banyak ajang pertandingan sepak bola daerah.

“Tak kurang 19 pertandingan yang sudah kita ikuti,” kata Alwi. “Dan kita mulai menjadi juara pada pertandingan ke 15,” lanjutnya.

Alwi juga mengakui sempat menerima banyak cibiran, namun itu hanya dianggapnya angin lalu. Dicibir sebagai tim dari desa juga tidak membuat ASAD 313 gentar, malah membuat mereka termotivasi untuk bermain lebih baik lagi.

Setelah kemenangan pertamanya, Alwi semakin optimis membawa timnya menuju pertandingan-pertandingan selanjutnya. Banyak energi maupun materi telah Alwi persembahkan untuk ASAD 313.

“Ya, sekitar 400 jutaan, lah,” sebut Alwi terkait biaya yang sudah dikeluarkannya untuk biaya operasional tim ASAD 313 selama ini.

Kemenangan paling mengejutkan adalah ketika ASAD 313 berhasil lolos masuk ke pertandingan tingkat nasional di ajang festival Danone Aqua mewakili provinsi Jawa Barat, dan kemudian lolos sebagai juara pada festival tersebut mewakili Indonesia pada ajang bergengsi yang diakui organisasi sepak bola internasional FIFA pada even sepakbola dunia junior November mendatang.

Tim yang sebelumnya hanya berlatih tiga kali seminggu, kini lebih banyak menghabiskan waktu bersama selama seminggu penuh karena Pemda Jawa Barat telah menyediakan tempat sekaligus fasilitas secara gratis untuk tim ASAD 313 atas keberhasilan mereka menuju ajang sepakbola anak tingkat dunia mewakili Indonesia sekaligus membawa nama Jawa Barat untuk pertama kalinya ke kancah internasional.

“Sesungguhnya hal yang besar biasanya didapat melalui hal-hal kecil terlebih dahulu,” ujar Alwi. “Jika mereka di luar sana bisa, kenapa kita tidak?” pungkas Alwi menyisipkan pesannya bagi anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus agar mereka tak mudah berputus asa dalam kondisi seterbatas apapun.

Asal ada kemauan, tekad kuat dibarengi usaha dan doa, tak mustahil kesuksesan akan dapat diraih. Jadi tak perlu minder dan malu menjadi anak desa, justru harus bangga jika mampu berprestasi di tingkat Dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *