Satu Islam Untuk Semua

Friday, 24 January 2014

Presiden Baru Afrika Tengah Fokus Atasi Kebencian Agama


Foto: AFP

Catherine Samba-Panza, Presiden Sementara Republik Afrika Tengah (CAR), dikabarkan tengah fokus mengatasi maraknya kebencian agama yang terjadi di negara tersebut. Ia menegaskan bahwa saat ini yang paling penting bagi negera tersebut dan juga negara di Eropa adalah prioritas mengembalikan keamanan dan membawa rakyat kembali bekerja dengan meminimalisir konflik.

Menurutnya, jumlah pasukan internasional yang ada di negara itu tidak cukup untuk memulihkan perdamaian, dan meminta lebih banyak pasukan internasional.

“Jumlah pasukan ini tidak cukup untuk mendapatkan kembali ketertiban di Bangui,” kata Samba-Panza dalam komentar yang dipublikasikan di surat kabar Prancis, Le Parisien, hari Kamis (23/1).

Sebelumnya, pada Kamis (23/1), ia menyatakan kesiapannya untuk memangku jabatan baru tersebut. Pernyataan Samba ini muncul sehari setelah para pejabat PBB mendesak negara-negara Afrika untuk memperkuat misi militer atau menghadapi risiko lanjutan terjadinya genosida.

Hal ini terkait dengan munculnya beragam bentuk kekerasan yang mencekik warga sipil. Milisi Kristen melawan milisi Seleka dari kelompok Muslim. Akibatnya, sepuluh orang lebih tewas dalam peristiwa yang terjadi pada Rabu (22/1) kemarin, di ibu kota Afrika Tengah,  Bangui, kata saksi mata.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB melalui utusannya mengimbau agar pemerintah Afrika Tengah segera mengambil tindakan yang lebih tegas. Hal tersebut guna mengatasi kekerasan dan mencegah genosida, pelanggaran hak asasi manusia, anak-anak dan kekerasan seksual dalam konflik  Adama Dieng.

Hanya ada  4.000 tentara dari 6.000 yang dijanjikan telah dikerahkan di negara itu, terutama di Bangui. “Ada kebutuhan mendesak untuk pengerahan pasukan penjaga perdamaian MISCA secepat mungkin,” kata Dieng dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB di New York.

Ancaman Genosida

Uskup Agung Bangui, Dieudonne Nzapalainga, Imam Bangui, Oumar Kobine Layama, selama perjalanan ke Paris menyatakan menyesalkan bahwa sebagian besar negara itu tetap di bawah kendali para panglima perang.

Oleh karenanya, para pemimpin agama tersebut mendesak agar masyarakat internasional mendukung keputusan Samba-Panza. “Setiap orang harus berada di belakangnya untuk mewujudkan transisi. Kita harus mendukungnya, mendorong dia, membantunya, ” kata Nzapalainga.

Nzapalainga menilai, saat ini Samba tengah menghadapi “tantangan besar”, termasuk melucuti senjata para anggota milisi serta menyatukan kembali  mereka ke dalam masyarakat.

Sementara itu, dalam kunjungannya di Bulan Desember lalu, Dieng mengaku terkejut  dengan tingkat kebencian yang telah dibangun antara penduduk  Muslim dan Kristen. Menurutnya, ini karena pemerintah telah kehilangan kontrol. “Ada risiko tinggi terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.”.

Mengatasi Kebencian Agama

Samba-Panza mengatakan bahwa pemerintahnya mencari jalan keluar untuk mengatasi konflik tersebut. Hal ini dilakukan guna memulihkan keadaan dan menghilangkan kebencian agama. “Kami memiliki ribuan pemuda bersenjata, baik Seleka dan anti Balaka (milisi Kristen ). Jika kita melepaskan mereka ke jalan, kami tidak akan bisa memecahkan masalah,” katanya.

“Keadaan ini sering menimbulkan kemarahan, dalam kemiskinan ekstrim dan tanpa masa depan, orang-orang muda terdorong untuk perilaku kekerasan,” Samba menambahkan. Karenanya, Samba mengatakan, pemerintah baru harus menemukan cara untuk memberikan peluang baru bagi orang-orang muda. Afrika Tengah merupakan negara bekas koloni Perancis yang sangat miskin, tetapi kaya sumber daya alam.

Kerusuhan di CAR  menyebabkan Afrika Tengah alami krisis pangan, bahkan kelaparan. Sebab petani melewatkan dua musim tanam. Karena itu, Samba benar-benar bergantung pada dana asing untuk mengisi kas pemerintah yang kosong.

Pada hari Senin (20/1), donor internasional menjanjikan US$ 496 juta bantuan ke negara tersebut untuk 2014.

Sumber: AFP/ Le Parisien/Satuharapan.com

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *