Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 09 June 2022

PP Muhammadiyah tentang Syiah: Kita Perlu Saling Mengenal dan Memahami agar Saling Mencintai


islamindonesia.id – PP Muhammadiyah tentang Syiah: Kita Perlu Saling Mengenal dan Memahami agar Saling Mencintai

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menerima silaturahmi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ahlulbait Indonesia (ABI) di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (7/6).

Dari pihak ABI, hadir Ketua Umum Habib Zahir bin Yahya, Wakil Ketua Umum Ahmad Hidayat, Anggota Dewan Syura Muhsin Labib, Sekjen Sayyid Ali Ridha, Wakil Bendahara Umum Fatah Masinai, dan Ketua Bidang Humas dan Penerangan Dede Azwar.

Sementara itu dari Muhammadiyah, hadir Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni, Sekretaris Umum Abdul Mu’ti, dan para perwakilan Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah dan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.

Kepada Muhammadiyah, ABI menegaskan bahwa mereka berdiri di atas prinsip kebangsaan, ukhuwah, toleransi, dan perdamaian. ABI juga mengambil pelajaran dari Muhammadiyah terkait pelayanan di bidang sosial dan pendidikan.

“Kami pun ingin menjadi ormas yang bermanfaat bagi masyarakat luas, komunitas, dan umat manusia,” tutur Habib Zahir.

Pada kesempatan itu ABI menyampaikan bahwa mereka berkeinginan untuk meretas kesalahpahaman dan memperkuat ukhuwah. Sebagai kelompok minoritas Syiah, ABI juga menyampaikan kendala terkait inisiatif ukhuwah yang mereka usahakan. Pasalnya, stigma yang salah kepada mereka terlampau kuat.

Menanggapi hal ini, Syafiq Mughni mengatakan perlunya silaturahmi dan sifat lapang dada terhadap perbedaan dan keterbukaan dari semua pihak. Silaturahmi seperti ini menurutnya penting untuk mengurai kesalahpahaman di antara berbagai komunitas iman.

“Kita anggap perbedaan itu sebagai sesuatu yang wajar, yang penting adalah bagaimana menyikapinya secara dewasa. Kita perlu saling mengenal agar tidak terjadi kesalahpahaman. Dengan saling mengenal dan memahami itulah kemudian kita saling mencintai,” katanya.

Dalam konteks iman, Muhammadiyah, kata Syafiq, juga memiliki pengalaman sebagai kelompok minoritas. Karena itu terhadap perbedaan yang ada, Muhammadiyah memiliki pendekatan yang rasional dibandingkan dengan emosional.

“Kita punya problem yang sama. Yang penting komunikasi tidak boleh terputus, walaupun perbedaan-perbedaan itu sering mewarnai dakwah kita tapi Insya Allah Muhammadiyah lebih demokratis dan rasional dalam menghadapinya dengan dewasa dan tetap tidak mengkompromikan apa yang telah menjadi akidah sampai terjadinya sinkretisme dan lain-lain,” pungkasnya.

Menyambung Syafiq, Abdul Mu’ti menegaskan pentingnya relasi multikultural dan kedewasaan dalam menghadapi perbedaan yang ada.

“Kita bisa jadi komunitas karena saling memahami dan saling menerima. Kita ini sebetulnya bisa memilah mana yang prinsip yang jadi keyakinan kita dan pada hal tertentu mana yang muamalah, yang dengan sikap itu kita tidak mewarisi konflik dari generasi terdahulu dan mulai membangun paradigma baru yang dalam konteks relasi multikultural, itulah yang sejatinya dibutuhkan,” pungkasnya.

PH/IslamIndonesia/Sumber: muhammadiyah.or.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *