Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 03 September 2020

PP Muhammadiyah tentang Penodaan Alquran di Norwegia: Hindari Reaksi Berlebihan dan Tindakan yang Tidak Mencerminkan Karakter Islam


islamindonesia.id – PP Muhammadiyah tentang Penodaan Alquran di Norwegia: Hindari Reaksi Berlebihan dan Tindakan yang Tidak Mencerminkan Karakter Islam

Pada Sabtu (29/8) ratusan orang yang mengatasnamakan Stop Islamization of Norway (SIAN) mengadakan aksi demonstrasi di dekat gedung parlemen Norwegia. Kelompok ini menyuarakan aksi anti Islam di negara tersebut.

Sementara itu, ratusan orang lainnya juga mengadakan demonstrasi tandingan yang menentang SIAN, mereka berkata, “Tidak ada rasis di jalanan kami,” sebagaimana dilansir dari DPA.

Situasi ini memuncak ketika seorang wanita anggota SIAN merobek halaman Alquran dan meludahinya.

Wanita ini, yang sebelumnya pernah didakwa dan dibebaskan karena ujaran kebencian, mengatakan kepada para pengunjuk rasa tandingan, “Lihat, sekarang saya akan menodai Alquran.”

Menanggapi aksi demonstrasi tersebut, Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, melalui akun Twitternya (1/3), memberikan tanggapan:

PP (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah mengecam keras tindakan pembakaran Alquran dan penghinaan kepada Nabi Muhammad yang dilakukan kelompok orang yang menamakan diri Stop Islamization of Norway (SIAN) di dekat parlemen Norwegia pada Sabtu (29/8/2020).

Aksi demonstrasi anti-Islam di Norwegia yang berakhir ricuh itu menunjukkan sikap Islamofobia yang sangat buruk di era modern yang semestinya menjunjung tinggi perbedaan agama, ras, suku bangsa, dan golongan apapun.

Sebelumnya, pembakaran Alquran dan penghinaan terhadap Islam juga terjadi di Swedia hari Jumat yang lalu, yang juga berakhir rusuh.

Ironinya tindakan intoleran terhadap Islam di Swedia dan Norwegia tersebut terjadi di negara yang selama ini pada setiap memberikan Hadiah Nobel berupa penghargaan atas usaha-usaha perdamaian dan kemanusiaan. Swedia bahkan negeri Alfred Nobel, sang penggagas Hadiah Nobel.

Karenanya Muhammadiyah berharap dan menghargai tindakan tegas pihak berwenang atas perbuatan anarkis dan intoleran di kedua negeri tersebut.

Muhammadiyah menghargai negara-negara Islam dan pihak lain yang menyampaikan protes atas tindakan anarkis terahadap Islam tersebut sesuai proporsi dan protokol hubungan antarbangsa dan antarnegara yang menghargai hak asasi dan hak demokrasi umat beragama.

Agama dan umat beragama memiliki hak hidup di negeri manapun, lebih-lebih di negeri demokrasi.

Bersamaan dengan itu Muhammadiyah mengimbau dan mengajak kepada mayarakat Muslim di dunia Islam, khususnya di Indonesia agar tetap tenang dan dewasa dalam menyikapi peristiwa di Swedia dan Norwegia itu secara damai, proporsional, dan elegan.

Seraya menghindari reaksi berlebihan dan tindakan yang tidak mencerminkan karakter Islam yang menjunjung tinggi perdamaian dan nilai-nilai luhur kehidupan.

Islamofobia di Eropa dan negeri Barat menguat kembali akhir-akhir ini. Hal itu tidakkah benar dan harus dicegah. Islamofobia terjadi dengan sejumlah motif dan keadaan.

Pertama, terbawa arus sentimen dan ketakutan terhadap Islam yang berlebihan dan sudah menyebar serta menjadi luas di Eropa yang kian hari terus bertambah kuat kecenderungannya.

Kedua, reaksi negatif atas apa yang boleh jadi mereka tangkap secara bias atau salah terhadap fenomena ISIS, terorisme, dan sejenisnya di dunia Islam atau di sejumlah negara yang sering bercampur antara realitas dan bias.

Ketiga, ekspresi demokrasi liberal di negara-negara Barat, yang memberi kebebasan segala bentuk ekspresi hak, yang tentu saja tidak mencerminkan keadaban dunia modern.

Hal tersebut merupakan agenda dakwah global untuk memahamkan tentang Islam yang maju dan rahmat bagi semesta alam.

Kepada kaum Muslim juga diharapkan mampu beradaptasi di negeri manapun hadir sesuai budaya “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” sejalan prinsip Islam yang membawa misi keselamatan dan kedamaian yang rahmatan lil-‘alamin.

*Catatan: Karena sebagian sumber tulisan berasal dari Twitter yang medianya terbatas, sumber asli tulisan mengandung kesalahan ketik atau kata-kata yang tidak baku. Dengan demikian, demi kepentingan penyajian redaksi mengedit secara minor tulisan Haedar Nashir tanpa mengubah maknanya.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: suaramuhammadiyah.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *