Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 06 August 2015

‘Poros Yogyakarta’ Menang di Muktamar Muhammadiyah; Haedar Nashir Suara Terbanyak


Peserta Muktamar Muhammadiyah ke-47 telah memilih 13 nama yang akan mengisi formatur Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2015-2020. Formatur itu lahir dari 39 kandidat hasil penyaringan Sidang Tanwir yang diadakan sebelum Muktamar. Perolehan suara Sidang  Tanwir mengunggulkan Anwar Abbas, Abdul Mu’thi dan Dahlan Rais yang sempat bersaing di papan atas bursa calon ketua umum. Sekjen Muhammadiyah yang juga salah satu calon pilihan Tanwir, Abdul Mu’thi, telah mewanti-wanti sebelumnya bahwa hasil Tanwir belum tentu diamini suara Muktamar.

“Perolehan suara di Tanwir belum tentu linear dengan hasil Muktamar.”  Kata Mu’thi pada Islam Indonesia, 4 Agustus 2015

Suara Muktamar pada 5 Agustus melejitkan nama Haedar Nashir yang dijagokan kader Muhammadiyah “Poros Yogyakarta” dari posisi 10 di sidang Tanwir ke urutan pertama dengan 1.947 suara. Yunahar Ilyas, anggota MUI Pusat, menyusul ke peringkat ke dua dengan selisih 19 suara. Dahlan Rais, adik Eks Ketua Umum Muhammadiyah Amien Rais, bertahan di urutan ketiga papan atas dengan 1.827 suara. Keempat, mantan Pimpinan KPK, Busyara Muqaddas dengan  1.811 suara. Kelima, sejken Muhammadiyah Abdul Mu’thi dengan 1.802 . Selanjutnya secara berurutan Anwar Abbas (1.436), Muhadjir Effendy (1.279), Syafiq A. Mughni (1.198), Dadang Kahmad (1.146), Suyatno (1.096), Agung Danarto (1.051), M. Goodwill Zubir ( 1.049), Hajriyanto Y. Thohari (968).

Dari beberapa Muktamar Muhammadiyah sebelumnya,  suara terbanyak dari 13 nama  PP Muhammadiyah yang biasanya menjadi ketua umum. Pimpinan musyawarah akan menawarkan pertama kalinya kepada peraih suara terbanyak.

“Bapak sudah terpilih dengan suara terbanyak, kita tawarkan bapak menjadi ketua umum,”  Kata Yunahar Ilyas memperagakan suasana mekanisme musyawarah berdasarkan pengalamannya pada Muktamar sebelumnya

Pada kali ini, Haedar Nashir memiliki peluang paling besar memimpin nahkoda ormas Islam yang telah berumur 1 abad lebih ini. Meskipun demikian, suara terbanyak tidak bisa otomatis menjadi ketua umum karena harus melewati mekanisme musyawarah. Syaratnya, penulis buku “Muhammdiyah Gerakan Pembaharuan” ini tidak menolak dan anggota PP Muhammadiyah lainnya sepakat menerimanya.

“Tapi kalau ada yang bilang ‘walau anda suara terbanyak, saya tidak setuju’. Bisa lama lagi (musyawarahnya),” tambah Yunahar.

 

Edy/ Islam Indonesia/ Foto: tempo.co

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *