Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 20 February 2020

Politisi Saudi: Ceramah Keagamaan yang Provokatif adalah Sumber Konflik, Kebencian, Rasisme, dan Permusuhan


islamindonesia.id – Politisi Saudi: Ceramah Keagamaan yang Provokatif adalah Sumber Konflik, Kebencian, Rasisme, dan Permusuhan

Politisi asal Arab Saudi yang juga merupakan Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (Muslim World League/MWL), Dr. Mohammed bin Abdulkarim Al-Issa, meluncurkan inisiatif “Perlindungan Pemuda dari Ide-Ide Ekstremis dan Kekerasan, dan Implementasi Mekanisme” dalam konferensi internasional yang diselenggarakan di markas PBB di Jenewa.

Anggota parlemen, narasumber parlemen, duta besar PBB, elit pemimpin agama dan ideologi, dan akademisi yang ahli dalam topik konferensi tersebut juga hadir di sana.

Al-Issa mengatakan inisiatif tersebut bertujuan untuk melindungi pemuda dari ideologi kekerasan dan ekstremis, atau mereka yang menghasut kekerasan, dan menjelaskan tanggung jawab lembaga pendidikan dalam konteks ini.

Ini akan tercapai, katanya, melalui pembentukan kurikulum sekolah dengan “kegiatan interaktif” yang berfokus pada pembahasaan tentang perbedaan, keragaman, dan pluralisme di dunia kita.

Inisiasi ini juga bertujuan untuk menegaskan kembali bahwa bentrokan agama, etnis, dan ideologi adalah sebuah bahaya bagi perdamaian dunia.

Al-Issa menekankan tentang perlunya untuk menelaah terlebih dahulu ceramah-ceramah yang menargetkan kaum muda dari segala sesuatu yang dapat menyulut konflik, kebencian, rasisme, dan permusuhan.

Penelahaan tersebut dapat dilakukan dengan cara memahami prinsip kesetaraan antar manusia dan menghargai perbedaan dan keragaman, yang mana itu semua merupakan landasan yang penting bagi perdamaian dan harmoni dalam bernegara dan bermasyarakat.

Dia juga menekankan tentang pentingnya menyebarkan toleransi dan menolak kemudaratan yang ditimbulkan dari kebencian, rasisme, dan marginalisasi.

“Adalah penting untuk melarang ekspor atau impor fatwa dan ide-ide agama, karena kesadaran keagamaan itu fleksibel. Dan harus dipertimbangkan, bahwa perubahan fatwa dan khotbah agama itu menyesuaikan dengan waktu, tempat, dan keadaan,” ujar Al-Issa sebagaimana dilansir dari Arab News (19/2).

Dia juga menambahkan, bahwa ekstrimisme tidak dapat diterima dalam situasi apa pun.

Menteri Wakaf Mesir, Dr. Mohammed Mokhtar Jomaa, menekankan dalam konferensi, bahwa terorisme menjadi lebih berbahaya ketimbang penyakit pada masa kini, karena penyebarannya menjadi lebih mudah ketimbang virus apa pun.

“Individu, negara, dan organisasi harus bekerja bersama berdasarkan kemanusiaan secara murni, karena tidak ada pembangunan, kemakmuran, kemajuan, atau ekonomi tanpa keamanan, dan tidak ada keamanan dengan terorisme, dan tidak ada pemberantasan terorisme tanpa melindungi kaum muda dari ekstremisme,” ujarnya.

PH/IslamIndonesia/Foto Utama: SPA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *