Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 12 November 2017

PM Lebanon Ditahan di Saudi, Hizbullah: Riyadh Umumkan Perang Melawan Beirut


islamindonesia.id – PM Lebanon Ditahan di Saudi, Hizbullah: Riyadh Umumkan Perang Melawan Beirut

 

Organisasi perlawanan terhadap Israel berbasis di Lebanon, Hizbullah, menyatakan, Arab Saudi secara terbuka telah mengumumkan perang melawan Lebanon. Pernyataan ini disampaikan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hasan Nasrullah di Beirut, 10 November, beberapa hari setelah Saad al-Hariri mengumumkan pengunduran diri sebagai perdana menteri Lebanon di Riyadh, Saudi.

Menurut laporan BBC, Nasrullah dalam pidatonya menyebut Saudi menjadikan Hariri sebagai tahanan rumah di Riyadh. Saudi juga yang meminta Hariri mengumumkan pengunduran dirinya lewat kanal televisi Al-Arabiya, 4 November.

Dengan cara ini, kata pria berjanggut putih ini, Saudi ingin memprovokasi masyarakat Lebanon. “Jelas, Saudi telah mengumumkan perang terhadap Lebanon,” ujarnya.

Editor BBC untuk Timur Tengah, Sebastian Usher mengatakan, meski Nasrullah tampak tenang menyampaikan pidatonya, tidak diragukan lagi bahwa Saudi dan sekutunya akan terus menaikkan tensi ketegangan di Lebanon.

Menurut Nasrullah, Saudi berusaha menyingkirkan Hariri sebagai perdana menteri dan memaksakan kepemimpinan baru di Lebanon. Di sisi lain,  Saudi siap membayar mahal Israel untuk melakukan serangan militer terhadap Lebanon. “Ini hal yang berbahaya,” ujarnya.

Perdana Mentri Lebanon, HSaad al-Hariri. Photo:Reuters

Perdana Mentri Lebanon, Saad al-Hariri. Photo:Reuters

Hariri mengaku melepas jabatannya karena ia merasa jiwanya terancam. Meski demikian, pria 47 tahun ini tidak menjelaskan lebih jauh terkait ancaman itu.

Senada dengan Nasrullah, Presiden Lebanon Michel Aoun mencurigai Riyadh menahan Hariri dan memaksa putra mantan Perdana Menteri Lebanon Rafic Hariri itu mundur.  Karena itu, Aoun enggan terburu-buru menerima pengunduran diri Hariri. Bersama politisi senior lainnya, Aoun meminta Hariri kembali ke Lebanon.

Sejak pengumuman pengunduran dirinya sampai berita ini diturunkan, Hariri belum berbicara lagi kepada publik.

Saad al-Hariri bertemu dengan Raja Salman di Arab Saudi pada 30 Oktober 2017. Photo: EPA

Saad al-Hariri bertemu dengan Raja Salman di Arab Saudi pada 30 Oktober 2017. Photo: EPA

Sebagian analis berpendapat, ketegangan antara Beirut dan Riyadh dapat melahirkan konfrontasi lebih luas di Kawasan. Apalagi, pada pengumuman pengunduran dirinya, Hariri menuding Iran menyebarkan rasa takut di Lebanon melalui Hizbullah. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengingatkan, kehancuran Kawasan sulit terhindarkan jika ketegangan berakhir dengan konfrontasi.

Selain Hariri, Riyadh juga menuding Tehran berada dibalik serangan misil Yaman ke Saudi, 4 November. Riyadh berdalih, Tehran memasok misil itu via Hizbullah. Bersama negara sekutunya di Teluk, Riyadh pun meminta warganya meninggalkan Lebanon.

Atas tudingan itu, Tehran membantah dan menegaskan, “Pernyataan itu berbahaya, tidak bertanggung jawab, merusak, dan provokatif.”

Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan tak terjadwal ke Riyadh. Kepada Pemerintah Saudi, Macron membicarkan pentingnya menjaga stabilitas di Lebanon. Seperti diketahui, Perancis memiliki hubungan historis dengan Lebanon.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson pun tak ingin ketinggalan. Ia berpandangan, sejatinya Lebanon hanya dimanfaatkan oleh Saudi dan Iran sebagai medan perang proxy. Dalam konteks ini, Tillerson mengaku, negaranya akan membela kedaulatan Lebanon.[]

 

 

PH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *