Satu Islam Untuk Semua

Friday, 19 April 2019

Pesan-Pesan Haidar Bagir tentang Pemilu 2019


islamindonesia.id – Pesan-Pesan Haidar Bagir tentang Pemilu 2019

Haidar Bagir, penulis buku-buku tentang Tasawuf dan Presiden Direktur Kelompok Mizan, dalam akun Twitternya menulis pesan-pesan terkait pelaksanaan Pemilu serentak 2019.

Berikut ini adalah tulisan Haidar Bagir yang telah dirangkum oleh redaksi Islam Indonesia. Tulisan tersebut mengalami editing minor dan beberapa keterangan tambahan dari redaksi mengingat aslinya banyak singkatan karena ditulis dalam Twitter yang memiliki ruang penulisan terbatas. Silakan disimak:

11 April

“Mendekati hari coblosan banyak dari barisan para pendukung panik sehingga kehilangan akal sehat dalam menyebarkan berita-berita yang kebenarannya tak dapat dipastikan. Mari ingat: ‘Allah memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mencabut kekuasaan dari siapa yang dikehendaki-Nya,’ (QS 3:26-27).”

12 April

8.25 PM

“Kalau lihat semua kekalapan ini, semoga pendukung-pendukung yang ketakutan paslonnya (pasangan calon) kalah itu benar-benar sedang mengkhawatirkan bangsa dan rakyat Indonesia. Bukan seperti tukang adu jago yang khawatir jagonya kalah, sehingga kalah taruhan dan malu; yang motifnya sebetulnya cuma egoisme sesat. Mari luruskan niat.”

9.28 PM

Menanggapi twit di atas, salah seorang netizen bertanya, “Benar ga sih Bib sekarang ini pertarungan nasionalis vs islamisme?”

Haidar lalu menjawab, “Kalau yang dimaksud Islamis adalah Muslim yang percaya Indonesia harus diatur dengan syariah Islam literal, barangkali benar sebagian. Tapi kalau Islamis termasuk Muslim yang percaya bahwa syariah harus mewarnai dalam hal maqashid (ideal moral), saya kira pendukung ke-2 paslon adalah Islamis. Dan nasionalis sekaligus.”

13 April

“Kampanye panjang kali ini boleh jadi amat meletihkan, khususnya bagi yang menganggapnya pertempuran haq vs batil. Padahal ini ‘cuma’ ritus demokrasi: memilih primus inter pares, yang utama dari yang setaraf, yang diharapkan terbaik memimpin bangsa, untuk semua. Mari legowo, apa pun hasilnya.”

15 April

“With due respect (dengan segala hormat) kepada yang mau golput (golongan putih, maksudnya tidak memilih), Pemilu memang tak selalu bermakna memilih orang yang memenuhi seluruh harapan. Tapi yang terbesar maslahat dan terkecil mudaratnya untuk bangsa. Bukankah demokrasi itu sendiri adalah ‘an evil we can’t do without’ (keburukan yang tak bisa kita hindari)? Yuk nyoblos.”

16 April

5.55 AM

“Siapa pun yang menang besok, dia adalah pilihan hampir 100 juta orang Indonesia. Betapa pun yang calonnya tak kepilih akan tak senang, masak 100 juta orang Indonesia salah pilih pemimpin? Bukankah, kata Nabi saw, ‘yadulLaah ma’al jamaa’ah (Tangan Allah bersama orang banyak)’? Mari tawakkal.”

6.02 PM

“‘Dan bermusyawarahlah kamu dalam (menyelesaikan) urusan-urusan. Dan jika sudah bulat tekadmu, bertawakkallah,’ (QS 3:159). Pemilu adalah suatu cara bermusyawarah untuk memilih pemimpin bangsa. Demi kebaikan bersama. Mari jalankan sebaik-baiknya. Pada akhirnya, kita serahkan kebaikan hasilnya pada Allah.”

9.34 PM

“Sesekali saya mau ngomong gini. Ada orang yang menganggap cuma dia dan kelompoknya sendiri yang pemberani. Dan itu diidentikkan dengan ngomong keras, kadang kasar. Mereka lupa, yang berani bukan cuma mereka. Bedanya cuma yang lain memilih bersikap tenang dan waras. Sadarlah, tidak main ancam lebih baik untuk semua?.”

17 April

4.39 AM

Kita harus pastikan tak ada hoax/manipulasi berita yang bisa memecah-belah. Misal, beredar screen shot judul detik.com, seolah QC (Quick Count) LSI (Lembaga Survei Indonesia) pernah ngawur menangkan Ahok-Jarot. Itu berita saat data baru masuk 5%. Hitungan QC final LSI akurat ?. Boleh tak percaya QC, (tapi) jangan manipulasi.”

6.08 PM

“Kalau boleh saya nasihatkan, jangan pendukung satu paslon, yang merasa menang, melecehkan pendukung paslon lain. Jangan menuduh orang lain kebawa nafsu sedangkan kita kebawa nafsu juga. Melecehkan berakibat amat buruk. Ini saatnya rekonsiliasi. Kita sama-sama bangsa Indonesia. Mari saling hormati.”

19 April

“Mekanisme pengesahan Pemilu sudah terang-benderang. KPU (Komisi Pemilihan Umum), diawasi Bawaslu (Badan Pengawas Pemilihan Umum)/Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) menyelenggarakan pemungutan/penghitungan suara. Jika tak puas dengan penanganan tuduhan kecurangan, dapat diproses di MK (Mahkamah Konstitusi). Betapa pun, ke-2 paslon dapat sama merasa dicurangi. Jadi tak perlu main hakim sendiri.”

PH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *