Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 29 December 2019

Pesan-Pesan Gus Mus dalam Haul Gus Dur ke-10


islamindonesia.id –  Pesan-Pesan Gus Mus dalam Haul Gus Dur ke-10

KH Mustofa Bisri, atau Gus Mus, mendapatkan undangan khusus untuk memperingati Haul Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, yang ke-10.

Hj. Sinta Nuriyah Wahid, istri Gus Dur, bersama rombongan keluarga sebelumnya (27/11) sengaja mendatangi Gus Mus di Rembang, memintanya secara khusus untuk menghadiri acara tersebut, sebagaimana dikutip dari Radar Kudus.

Pada saat acara berlangsung, yakni di Ciganjur pada Sabtu (28/12) malam, Gus Mus didaulat untuk memberikan ceramahnya. Berikut ini beberapa kutipan ceramah beliau yang dihimpun oleh redaksi:

Orang Takabur Menyamakan Dirinya dengan Allah

Gus Mus menyebutkan bahwa puncak dari orang yang alim adalah ketika dia telah menjadi manusia, seperti halnya Rasulullah SAW yang dapat memahami manusia dan memanusiakan manusia. Namun banyak orang yang dianggap alim tapi ternyata tidak dapat mengerti manusia dan memanusiakan manusia.

Gus Mus menyentil orang-orang yang mengukur manusia dengan dirinya sendiri, orang-orang yang merasa bahwa saat ada orang yang berbeda dengan diri mereka, maka dianggap bukan manusia.

Gus Mus bahkan merasa heran bahwa ada saja orang yang merasa bahwa Allah pasti akan marah saat dirinya marah.

“Kok ada orang merasa ketika dia marah, Gusti Allah marah. Ketika dia senang, dikira Gusti Allah ikut senang,” tutur Gus Mus sebagaimana dikutip dari islami.co.

Menurut Gus Mus, orang-orang yang percaya diri seperti itu memiliki sifat takabur yang luar biasa karena menganggap dirinya sama seperti Allah SWT.

“Kok ada orang takabur seperti itu, itu menyamakan dirinya dengan Allah,” lanjut Gus Mus.

Tentang Mahfud MD: Sedang Kena Cobaan

Menurut Gus Mus, Mahfud MD sedang mendapat cobaan Tuhan dengan jabatan yang kini diberikan kepada dirinya. “Jadi Menkopolhukam, sebetulnya beliau ini sedang kena cobaan Gusti Allah. Wong, dia kiai kok,” ujar Gus Mus, sebagaimana dikutip dari tempo.co

“Hati-hati lho. Jabatan itu bisa merusak orang kalau enggak kuat-kuat,” lanjut dia.

Tak cukup sampai di sana, Gus Mus juga mengolok Mahfud sebagai kiai yang sudah ketutupan dengan pangkat. “Tapi biasa memang gitu, kalau orang berpangkat, kiainya hilang. Memang, saya sendiri sudah ndak melihat lagi kalau Pak Mahfud ini kiai,” ujar sahabat Gus Dur ini.

Mendengar perkataan Gus Mus, Mahfud MD terkekeh hingga bahunya bergerak naik-turun. Menteri Agama masa Kabinet Kerja, Lukman Hakim yang turut hadir dalam acara itu pun ikut mesem-mesem.

Melihat ekspresi Lukman, mantan Rais Syuriah PBNU itu pun tak luput menggodanya. “Ini Menteri Agama ini juga, sebulan kemarin syukuran, karena sudah leren (berhenti).”

Gus Mus mengaku sedih, mengapa seorang kiai seperti Mahfud MD bisa mendapat celaan warganet di media sosial. “Ini (Mahfud) kiai ketutupan pangkatnya dilecehkan di media sosial itu. Saya mengikuti itu,” kata Gus Mus, sebagaimana dikutip dari Republika.

Dari balasan-balasan di media sosial itu, Gus Mus membaca komentar warganet yang menuduh Mahfud tidak mengerti dalil. “Enggak ngerti dalil bagaimana, ini kan kiai Madura,” kata Gus Mus.

Menemui Presiden Gus Dur Memakai Sendal di Istana

“Waktu Gus Dur jadi Presiden, pertama kali rombongan kiainya dibolehkan masuk ke Istana,” kenang Gus Mus, sebagaimana dikutip dari CNN.

Dari semua rombongan, hanya Gus Mus yang tidak mengenakan sepatu. Gus Mus lalu ditanya oleh petugas Istana, mengapa tak mengenakan sepatu.

“Petugas yang jaga tanya, ‘Pakai sendal, Pak?’ (Saya jawab) Ya presidenmu ya, dulu sendalan terus,” Gus Mus mengenang. Cerita Gus Mus sontak diikuti tawa peserta yang hadir.

Menurut Gus Mus, semua kiai tamu undangan saat itu mengucapkan selamat kepada Gus Dur, termasuk Kyai Sahal Mahfud. Hanya Gus Mus yang mengucapkan bela sungkawa.

Gus Mus mengaku sedih setiap kali ada kiai yang masuk ke lingkaran kekuasaan. Begitu pun, kata dia, ketika Gus Dur menjadi Presiden RI ke-4.

“Waktu Gus Dur jadi presiden, semua mengucapkan selamat. Saya sendiri yang menyatakan belasungkawa. Wong, kiai apik-apik kok jadi presiden. Iku jabatan ngerusak wong. (Sudah bagus jadi kiai kok malah jadi Presiden. Jabatan itu merusak orang),” ungkapnya.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Antara/Asprilla Dwi Adha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *