Satu Islam Untuk Semua

Monday, 14 April 2014

Perempuan Poso Bertekad Ciptakan Damai


foto:perempuanposo.com

Derita akibat konflik panjang membuat para perempuan Poso memburu perdamaian

 

SEJAK 25 hingga 27 Maret lalu, sekitar 500 perempuan Kristen dan Muslim  bertemu dalam suatu perhelatan yang bertajuk Konfrensi Perempuan Poso di Tentena. Mereka yang berasal dari 70 desa di Poso, tersebut merupakan para perempuan  yang memiliki andil dalam penghentian konflik  di Sulawesi Tengah itu.

Para perempuan yang hadir, sebagian besar  berasal dari daerah pedesaan yang memiliki tekad untuk membawa kembali perdamaian di Kabupaten Poso. Karena itu, pada konfrensi ini, isu-isu yang dibahas akan terkait dengan dunia mereka seperti masalah hak-hak sipil bagi perempuan, perlindungan perempuan dan anak, partisipasi dalam politik, peran perempuan dalam pelestarian nilai-nilai dan identitas, kontribusi mereka terhadap pembangunan ekonomi serta membangun solidaritas dan perdamaian.

Seperti dilansir UCA News pada Senin (14/4), Lian Gogali, salah seorang panitia kegiatan itu menyebut sebelumnya para perempuan itu telah mengunjungi  beberapa desa guna menyebarkan kesadaran berdamai di kalangan perempuan pedesaan. Ia yang merupakan seorang penganut Kristen, pada 2007 telah mendirikan Mosintuwu Institute di Poso sebagai solusi pencegahan potensi terjadinya konflik di masa mendatang. Dalam kegiatan yang berupa sekolah perempuan tersebut  diajarkan tentang penyelesaian konflik secara damai dan beberapa hal yang menjadi hak-hak perempuan. Diharapkan dengan pengetahuan itu, mereka bisa  mendorong terjadinya perubahan dalam komunitas  masing-masing, dimulai dari kalangan keluarga mereka.

Hasilnya, banyak kalangan perempuan di Poso tersadarkan. Mereka jadi merasakan betapa bergunanya memiliki banyak interaksi dan relasi: rasa aman tercipta dan i kebutuhan sosial-ekonomi mereka terpenuhi. Mereka juga menyadari pertikaian atas nama apapun hanya membuat penderitaan bukan hanya bagi mereka sendiri tapi juga anak cucu mereka kelak. ” Karena itu tak layak diulangi,” ujar Lian.

Sejak 1998, Poso menjadi ajang konflik antara Muslim dan Kristen lokal. Akibatnya, ribuan tewas dan terjadi perpindahan lebih dari 60.000 keluarga. Kendati pada 2001 sempat terjadi perjanjian damai, namun praktek kekerasan yang dipicu oleh rumor-rumor SARA kerap terjadi secara sporadis.

 

Sumber: UCA News

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *