Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 04 December 2014

Pak Guru Maman, Oemar Bakri dari Bekasi


Maman Supratman saat dikunjungi Mendikbud.

Lagu Oemar Bakri yang pernah dipopulerkan Iwan Fals seperti kembali menemukan konteksnya hari ini. Bagaimana tidak, di tengah banyaknya guru-guru PNS dan sekolah swasta bonafid yang mempunyai penghasilan besar, masih ada guru yang kesederhanaan dan sosoknya menyerupai kisah guru teladan Oemar Bakri dalam lagu. Namanya Maman Supratman. Dia guru di sebuah SMP negeri di Bekasi. Jadi cerita sebab dia tetap setia mengajar meski sudah 40 tahun berstatus guru honorer.

Secara materi, guru honorer di Indonesia memang sangat miris. Pendapatannya tak sebanding dengan pengabdiannya. Namun, Maman tidak pernah mengeluh dengan kondisi itu. Selama 40 tahun itu, Maman selalu giat menularkan ilmunya kepada anak-anak didiknya. “Saya tidak pikir soal lain, pokoknya kerja. Saya sudah tua begini cuma ingin menurunkan ilmu,” kata Maman yang sudah berusia sepuh, 74 tahun.

Kisah Maman ramai diperbincangkan di media sosial Facebook setelah pemilik akun Sukamto MPd mengunggahnya. Sukamto mengunggah profil Maman disertai foto saat mengenakan seragam PGRI pada 25 November lalu, yang bertepatan dengan peringatan Hari Guru. Sukamto merupakan guru bahasa Indonesia di SMPN 17 Bekasi, tempat Maman mengajar saat ini.

Banjir komentar serta dukungan terhadap Maman membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan turun untuk menemuinya. “Saya, atas nama pemerintah ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi. Insya Allah guru seperti Pak Maman ini, kami sebutnya guru mulia, yang bisa jadi contoh buat semua,” kata Anies saat mendatangi Maman di SMPN 17 Bekasi, Jawa Barat, Selasa kemarin.

Saat tiba di sekolah ini, Mendikbud sempat menunggu beberapa waktu karena Maman sedang mengajar di sekolah lain. Maman memang harus menyambi di tempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada kunjungannya, Mendikbud didampingi oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad. Mendikbud mengatakan, pengabdian Maman yang tulus ini tidak ternilai. “Dihargai berapa pun tidak ternilai karena kemuliaan itu tidak bisa dirupiahkan,” katanya.

Kepala Sekolah SMPN 17 Bekasi Untung Hartono mengaku termotivasi oleh semangat mendidik Maman. Menurut dia, Maman selalu aktif dalam setiap kegiatan di sekolah. “Ke mana pun dia selalu ikut dan mendampingi. Dia tidak mau ketinggalan,” katanya. Maman mengatakan, dia menjadi guru awalnya karena tidak sengaja. Saat itu dia bekerja di pabrik kertas dan kemudian berhenti bekerja pada tahun 1970.

Setelah itu dia berjualan angklung buatannya sendiri. “Beberapa tahun kemudian ada sekolah yang pesan alat musik angklung. Saya akhirnya ditawari menjadi guru kesenian,” katanya. Maman pertama kali mengajar di SMP 1 Pondok Gede, yang sekarang bernama SMPN 6 Bekasi. Saat ada pengangkatan pegawai dirinya juga mengajukan pemberkasan namun terkendala usia. “Saya sudah berumur 40, sedangkan batas usia saat itu 37 tahun,” katanya. Beberapa tahun kemudian ada pemutihan pengangkatan pengawai. Batas usianya dinaikkan menjadi 39 tahun. Namun lagi-lagi Maman tidak bisa diangkat karena usianya saat itu sudah 42 tahun.

Selain mengajar kesenian angklung, Maman juga mengajar seni rupa dan  elektro pada mata pelajaran fisika. Kemampuannya di bidang fisika diperoleh Maman saat menempuh kuliah B1 IPA setara diploma satu pada tahun 1960 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Maman mengisahkan, saat dia pertama kali mengajar di sekolah ini tidak ada teknisi gedung. “Saya merangkap di bagian gedung dan listrik karena tidak ada orang,” kisahnya. Ia juga menjadi pengiring lagu Indonesia Raya.

Kini murid Maman sudah banyak yang sukses. Semua ini karena ketulusan dia mendidik para siswanya. Bahkan Kepala Sekolah SMPN 17 Bekasi, tempat Maman mengajar sekarang, adalah juga muridnya dulu. “Saya dulu murid Pak Maman waktu di SPG.” kata Untung.  Hebatnya lagi, murid Maman sudah ada yang menjadi perwira tinggi di TNI. “Kemarin saya kedatangan bekas murid saya. Pangkatnya sudah Brigjen lulusan tahun 1983,” katanya. Meskipun sudah tua, namun ingatannya masih sangat tajam. Terima kasih Pak Maman.

(Wahyu/ Kemdiknas.go.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *