Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 15 January 2014

Otak Teror 9/11 Kini Akui Kekerasan Dilarang Al-Quran


Jarret Brachman/Miami Herald

Tersangka otak aksi pengeboman Menara Kembar New York, Khalid Shaikh Muhammad, dikabarkan menulis sebuah sebuah manifesto yang melarang Muslim menggunakan kekerasan untuk menyebarkan agama. Ini merupakan perubahan seratus delapan puluh derajat dari berbagai sesumbarnya yang menganjurkan kekerasan melawan Amerika Serikat dan negara Non-Muslim.

Khalid 50 tahun, yang saat ini mendekam di penjara Amerika Serikat di Guantanamo Bay, menuliskan pernyataannya dalam sebuah dokumen setebal 36 halaman yang diberi judul The Road to Real Happiness (Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati). Dalam dokumen itu, bukan saja Khalid mengutip ayat-ayat Al-Quran, melainkan juga pernyataan Presiden Richard Nixon, George W. Bush dan Paus Benedictus XVI. Ia juga mengkritik pernikahan homoseksual, aborsi dan kemerosotan moral yang terjadi di Dunia Barat, dan mengejek pasukan AS karena bermain Play Station selama di Irak dan Afghanistan, sementara banyak keluarga Muslim di kedua negara itu tidak memiliki makanan dan tempat tinggal.

“Namun pada akhirnya, para serdadu Amerika itu boleh saja pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri, sementara orang-orang miskin yang mereka tinggalkan dengan roti kering dan teh tawar hidup bersama istri mereka di gubuk berlantai tanah, namun dengan hati dan jiwa yang bahagia,” tulisnya.

Dokumen yang digambarkan sebagai bagian pertama dari 3 bagian tersebut menyampaikan pula pembelaan atas serangan 9/11 dan mempersoalkan keabsahan invasi pimpinan Amerika ke Irak dan Afghanistan yang disebutnya “demi kontraktor-kontraktor senjata seperti Halliburton Co.

Al-Quran, demikian tulis Khalid, “melarang kita menggunakan kekuatan senjata untuk mengajak orang memeluk Islam,”  dan bahwa “kebenaran dan kenyataan tidak pernah terungkap dari otot dan kekuatan (senjata) namun melalui pemikiran dan kearifan.” Pernyataan ini berlawanan dengan banyak sesumbarnya sebelum ini yang mengatakan bahwa dia merencanakan serangan 11 September dan menghimbau kaum muda Muslim untuk melakukan kekerasan.

Di bagian lain dokumennya, Khalid juga menghimbau para hakim militer, staf pengadilan, jaksa dan pembela yang terlibat dalam kasusnya agar mereka memeluk Islam. Dikatakannya, waktu yang dihabiskannya di pangkalan Guantanamo Bay, Kuba, tidaklah terbuang percuma, dan dia “tidak merasa sedih ataupun tertekan,” tulisnya, “karena saya bersama Tuhan Yang Satu.” Dia menambahkan, “Saya sangat bahagia di dalam sel penjara ini karena jiwa saya sebenarnya bebas meskipun tubuh saya terkurung.”

Menurut pejabat Pentagon, Khalid menulis dokumennya pada Oktober lalu dan meminta agar sejumlah salinannya disampaikan kepada beberapa staf pengadilan yang dia kenal namanya melalui name-tag seragam yang mereka kenakan. Khalid juga meminta pembelanya untuk memberikan dokumennya kepada pejabat-pejabat yang lain.

Tim pembela Khalid membawa dokumen tersebut kepada hakim, dan pejabat inlelijen serta pihak keamanan Guantanamo Bay pun “menyisir”-nya untuk menyelidiki kemungkinan adanya referensi mengenai informasi penting tertentu terkait aksi teror. Setelah dipelajari, sejumlah salinan dibagikan kepada pejabat pengadilan dan Selasa dokumen itu pun sampai ke meja redaksi Huffington Post dan TV Berita Channel 4 Inggris yang segera saja menyiarkannya.

Khalid besar di Kuwait dan memiliki hubungan dekat dengan pemimpin Al-Qaeda Osama Bin Laden. Dia diyakini sempat mempresentasikan rencana serangan pesawat pada September 2001 itu kepada Bin Laden. Khalid ditangkap pada 2003. Setelah berada dalam tawanan CIA selama 3 tahun, Khalid ditransfer ke penjara Guantanamo bay, Kuba, pada 2006. (pn/LA Times)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *