Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 03 September 2016

OPINI–MEMAHAMI ISLAM: Makna Rezeki


abdillah toha, memhami islam, makna adil

Islamindonesia.id–Makna Rezeki
oleh: Abdillah Toha

Rezeki atau rizq dalam bahasa Arab, seringkali didahulukan dalam permohanan kita kepada Allah dalam doa-doa. Padahal Allah SWT sudah mengatakan dalam berbagai ayat Quran bahwa rezeki setiap mahluk dijamin olehNya. Allah menjamin rezeki setiap makhlukNya yang bergerak (QS 11:6). Lalu mengapa orang memohon rezeki dalam doa?

Rezeki menurut prof Quraish Shihab adalah segala sesuatu yg kita perlukan untuk mempertahankan hidup. Rezeki jenis ini dijamin oleh Allah bagi semua makhluk selama kita masih hidup. Begitu habis usia kita maka berhentilah rezeki itu. Karena rezeki dihubungkan dengan hidup dan kehidupan, maka rezeki tetap diberikan kepada syuhada dan auliya yang telah tiada sebab Quran mengatakan sesungguhnya mereka itu tidak pernah mati tetapi hidup di sisi Tuhan dan dikaruniai rezeki. (QS 3:169)

Rezeki juga segala karunia Allah yang kita manfaatkan semasa hidup. Yang tidak sempat kita manfaatkan sampai datangnya maut, maka sebenarnya itu bukan rezeki kita tetapi telah menjadi rezeki ahli waris atau orang lain. Oleh karena itu, bila ada rezeki yang berlebih, sebelum ajal menjemput, sebaiknya rezeki berlebih itu sebagian kita sedekahkan kepada yang memerlukan bantuan. Atau kita wasiatkan agar sebagian dari harta warisan(tidak lebih dari sepertiga) kita infaqkan kepada yang berhak dibantu.

Pada umumnya orang sering menghubungkan rezeki dengan makanan, minuman, harta, rumah, mobil, kepangkatan, dan sejenisnya. Sebenarnya banyak jenis lain rezeki dari Allah yang bahkan bisa  mempunyai nilai lebih tinggi dari harta. Bagi saya, urut-urutan rezeki yang bernilai tinggi adalah karunia Allah berupa ketenangan batin, kesehatan fisik dan kecerdasan akal, ilmu dan kemampuan memahaminya, usia panjang yang digunakan untuk beribadah, serta terakhir harta yang dimanfaatkan untuk amal baik dan infaq sedekah.

Rezeki yang utamanya berupa harta, disamping sebagai karunia Ilahi juga merupakan ujian bagi penerimanya, apakah digunakan untuk sebanyak mungkin membantu mereka yang membutuhkan. Bila kita perhatikan ayat-ayat Quran yang menyangkut harta (al-mal), maka akan kita dapati lebih banyak peringatan keras tentang bagaiman kita menggunakan harta kita daripada ungkapan sebagai karunia. Sebaliknya, Allah bersabda dalam Surah Al-baqarah ayat 3, diantara tanda-tanda orang yang bertakwa adalah yang menafkahkan sebagian rezeki yang diterimanya untuk bersedekah.

Bagaimana rezeki dibagikan kepada manusia merupakan rahasia Allah. Namun demikian ada paling sedikit tiga hal yang sudah jelas. Pertama, rezeki dibagikan kepada makhluk yang bergerak. Artinya, bila kita tak bergerak dan tak berupaya mencarinya maka rezeki itu tak akan datang dengan sendirinya kecuali kepada manusia-manusia pilihan tertentu seperti para nabi dan salihin. Rezeki ibarat sesuatu yang sudah diberikan tetapi disembunyikan tempatnya agar kita mencari dan menemukannya.

Kedua, rezeki bisanya diberikan dalam bentuk bahan dasar yang harus diolah. Udara, air, tanah, laut, tambang, matahari, hewan, tumbuhan, dan lain-lain disediakan dan ditundukkan kepada kita oleh Allah dan terserah kepada kita untuk mengolahnya.

Ketiga, jumlah dan sedikit banyaknya rezeki yang dibagikan kepada kita tidak selalu dapat dihitung secara kuantitatif. Orang miskin yang hartanya sedikit tetapi sehat dan berilmu boleh jadi lebih beruntung dibanding orang kaya yang sakit dan jahil.

Bagaimana dengan “rezeki” yang diperoleh dengan cara yang tidak halal seperti harta hasil mencuri, menipu, atau korupsi? Sebagian ulama mengatakan bahwa itu tetap saja masuk kategori rezeki tetapi upaya meraihnya dilakukan dengan cara yang diharamkan. Ibaratnya bangkai dan babi juga ciptaan Tuhan tetapi kita diharamkan untuk mengonsumsinya.

Penafsiran tentang rezeki ini barangkali harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan sampai hal ini dipakai utk membenarkan ketidak-adilan sosial. Orang miskin diberitahu agar pasrah dan bersabar karena meskipun mereka telah berusaha, rezeki mereka memang telah ditentukan oleh Tuhan hanya sampai sebegitu. Padahal sumber permasalahan kemiskinan sering kali bertumpu kepada kebijakan ekonomi, politik, dan sosial yang pincang, sehingga di banyak negara, termasuk negara maju dan kaya ada yang disebut sebagai kemiskinan struktural. Artinya, orang miskin terperangkap kedalam sistem yg tidak memungkinkan mereka keluar dari jerat kemiskinan  menuju mobilitas vertikal.

Di Thailand, ada sebuah kelompok agamawan Budha yang dipimpin oleh seorang Biksu modern dan bergerak melakukan revisi penafsiran kembali dogma reinkarnasi. Doktrin  reinkarnasi menurut mereka telah disalah gunakan oleh penguasa untuk menindas dan mengendalikan rakyat yg tidak beruntung dengan mengatakan bahwa keadaan mereka sekarang disebabkan oleh “dosa” pada masa hidup mereka sebelumnya sehingga mereka di reinkarnasi menjadi seperti sekarang. Masih untung tidak di reinkarnasi sebagai monyet atau semut.

Islam barangkali harus menafsir ulang rezeki tidak sekadar sebagai “prerogatif” Tuhan dan usaha individual tetapi juga dihubungkan dengan usaha dan tanggung jawab bersama masyarakat dan penguasa untuk menyebarkan “rezeki” kepada sesama. Kemiskinan disamping kebodohan adalah salah satu penyebab utama permasalahan yg dihadapi oleh sebagian  dunia Islam saat ini yang kemudian menjadi salah satu penyebab utama tumbuhnya radikalisme dan ekstrimisme yang menghancurkan kehidupan yang aman dan beradab.

Terakhir, ada yang bertanya mengapa banyak non Muslim yang tidak sholat tetapi tetap mendapat rezeki? Jawabnya barangkali ada dua. Pertama, mereka mendapat rezeki dalam arti yg didefinisikan diatas yakni rezeki tidak terbatas hanya untuk muslim tetapi mencakup semua makhluk hidup. Kedua, mereka tidak menjalankan sholat tetapi melaksanakan esensi, makna serta tujuan sholat dalam bentu bersyukur melalui upaya mengembangkan ilmu dan karunia alam dari Yang Maha Pencipta.  Wallah a’lam

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *