Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 24 August 2016

OPINI–MEMAHAMI ISLAM: Makna Allahu Akbar


Islamindonesia.id–MEMAHAMI ISLAM: Makna Allahu Akbar

Oleh: Abdillah Toha

Sebagai muslim, setiap hari kita menyebut atau mendengarkan ucapan Allahu Akbar. Kita ucapkan 6 atau 7 kali dalam setiap rakaat sholat, kita dengar melalui pekik azan, kita sebut spontan ketika ada kejutan yang baik, kita baca saat mengubur jenazah, dan banyak peristiwa lain yang maknanya tidak lain hanya untuk mengagungkan Tuhan semesta alam. Tidak ada yang lebih besar dan agung dariNya. Tak ada yang punya kekuasaan lebih kuat daripada Allah.

Setiap hari hanya dalam shalat wajib saja kita mengucap Allahu Akbar sebanyak tidak kurang dari 106 kali. Belum lagi bila dihitung shalat Sunah, iqomat, azan, dan peristiwa-peristiwa lain yang menghendaki kita mengucap Allahu Akbar.

Teriakan Allahu Akbar di zaman Nabi digunakan pula untuk menimbulkan semangat dalam perang-perang yang sah ketika lawan yang dihadapi jauh lebih besar jumlahnya. Kita juga ingat pekik Allahu Akbar Bung Tomo yang mendebarkan ketika melawan tentara penjajah Belanda.

Sayang sekali belakangan teriakan Allahu Akbar kerap kali berubah jadi suara yang menakutkan bagi masyarakat banyak. Allahu Akbar diteriakkan bersamaan dengan unjuk rasa yang mendemonstrasikan kebencian kepada pihak lain. Menyebut nama Tuhan yang agung sambil merusak dan menghancurkan harta orang lain. Lebih gawat lagi, kita melihat video-video yang menunjukkan Allahu Akbar dipekikkan oleh teroris seperti ISIS dan sejenisnya ketika menggorok leher manusia tak bersalah. Inilah orang-orang yang mengaku muslim namun mencederai kesucian Allah. Berbuat nista dengan mengatasnamakan Allah. Inilah pula yang menghancurkan citra Islam sehingga ungkapan Allahu Akbar jadi bahan cemoohan di negeri-negeri non muslim.

Bertentangan dengan maksud sebenarnya, Allahu Akbar telah disalah pahami oleh sebagian muslim sebagai sesuatu yang menunjukkan kekuatan diri, keangkuhan, dan identifikasi kelompok. Padahal ungkapan Allahu Akbar justru diharapkan untuk menjadikan muslim rendah hati, bahwa manusia tidak sempurna dengan segala kelemahannya, bahwa yang tak tertandingi dan berkuasa penuh adalah Sang Maha Pencipta, bahwa kekuasaan dan keutamaan Allah meliputi semua makhluknya.

Dalam setiap gerak kita pada shalat, dari berdidiri ke rukuk, dari rukuk ke sujud, ke duduk, dan kembali berdiri lagi dihantarkan oleh ucapan Allahu Akbar. Gerak-gerak yang tampaknya sangat sederhana itu hanya mungkin kita lakukan karena struktur dan sistem tubuh kita yang komplleks ini memungkinkannya. Itulah pengakuan atas keagungan Sang Pencipta struktur dan sistem tubuh kita. Begitu pula seluruh gerak di alam semesta ini hanya mungkin bila dikehendaki oleh Yang Maha Perkasa.

Mecucap Allahu Akbar dinamakan takbir. Pada malam hari raya Syawal sampai waktu shalat ied dan pada rari raya Haji seusai shalat ied sampai selama tiga hari diSunahkan bagi kita untuk mengagungkan nama Allah setiap habis shalat fardhu dengan bertakbir sebagai ungkapan rasa syukur kehadiratNya.

Akbar berasal dari kata Arab kabara, kabir, yang berarti besar, agung, atau berusia lanjut. Diantara Nama-Nama Mulia Allah adalah Al-Kabir dan Al-Mutakabbir yang berarti Yang Paling Agung dan Perkasa. Frase Allahu Akbar yang berkonotasi superlatif itu sendiri tidak terdapat dalam Al-Quran, namun dalam shalat justru dipakai karena bila kita menggunakan kabir dikhawatirkan akan membuka imajinasi sesuatu yang besar tetapi bukan terbesar. Sedangkan Allah tak ada bandingannya dalam ukuran manusia.
Segala sifat baik, indah, dan berkuasa Allah, digambarkan dalam Quran antara lain di surah Alhasyr (59) ayat 22 sampai dengan ayat 24 sebagai berikut:

“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”(59:22)

“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Maha Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan (AliMutabbir), Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”(59:23)

” Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Meng-ada-kan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Indah (Asma’ul Husna). Bertasbih kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”(59:24)

Kalau sudah demikian, apa yang tersisa bagi manusia kecuali ketundukan mutlak dan mengucap Allahu Akbar dengan penuh kerendahan diri dan hati. Raja, presiden, kaisar boleh kita hormati tapi tak boleh kita agungkan. Anak, istri, keluarga, dan sahabat boleh kita cintai tapi tak boleh melebihi cinta kita kepada Allah. Harta, pangkat, dan kecantikan boleh kita syukuri tetapi tak boleh dibanggakan, diberhalakan dan disembah karena semua itu tak abadi dan tak sebanding dengan semua yang dimiliki oleh Yang Abadi.

Bila kita selalu sadar bahwa kita sebenarnya hanya sebutir titik kecil di alam semesta yang tak berbatas, dibawah kendali Yang Maha Kuasa, maka setiap kali kita mengucapkan Allahu Akbar kita akan mendudukan diri kita dan menundukkannya dibawah kekuatan yang setiap saat bisa memanggil kembali kita dan mengatakan “tugasmu di bumi ini sudah selesai”.

Hati kita sering terusik oleh setan yang menggoda kita agar merasa bangga bahwa diri kita lebih cantik, lebih kaya, lebih saleh dalam beribadah, lebih dermawan, atau lebih pandai dari orang lain. Kita sering lupa bahwa di jagad ini selalu ada yang lebih kaya, lebih cantik, lebih pandai dan lebih lainnya dari kita. Sikap yang demikian ini membatalkan dan membuat ucapan Allahu Akbar yang keluar dari mulut kita menjadi sia-sia.

Banyak sekali kita membaca riwayat orang-orang saleh dan wali-wali Allah ketika mereka khawatir atas godaan seperti itu mereka menampakkan dirinya sebagai orang biasa, orang bodoh, atau orang kotor untuk menghindari pujian orang yang dapat membuat dirinya angkuh. Ulama besar yang mencapai tingkat tinggi dalam keilmuannya sadar bahwa makin banyak pengetahuan yang diraihnya makin sadar bahwa ada jauh lebih banyak lagi ilmu yang dirinya tidak atau belum tahu. Allah mengatakan dalam Quran bahwa ilmuNya yang dibagikan kepada kita hanya bak setetes air dari samudera luas.

Berzikir dan kerap mengucap Allahu Akbar tanpa harus meninggikan suara adalah baik, namun lebih baik lagi bila kita camkan dan tanamkan makna dan maksud ucapan itu jauh ke dalam sanubari hati dan kita praktikkan dalam perilaku sehari-hari yang mencerminkan kerendahan hati kita dihadapan orang dan dihadapanNya. Bahkan Quran memberi tahu kita bahwa salah satu syarat terkabulnya doa adalah bila doa diucapkan dengan lirih dan penuh kerendahan hati.

Tak ada jalan lain bagi hamba Allah sejati yang mengaku sebagai muslim untuk meresapkan di hati kebesaran dan keagungan Allah dalam kalimat Allahu Akbar karena hanya dengan demikian semua amalnya akan terhindarkan dari niat untuk kebesaran dirinya tetapi semata hanya karena memenuhi petunjuk Allah.

 

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *