Satu Islam Untuk Semua

Friday, 08 July 2016

OPINI — Bukan Sekadar Saling Menghormati


Oleh: Endang Kurnia

Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
Namanya juga saling, artinya dua arah. Taraf ini hanya bisa didapat dengan cara proaktif, artinya kita harus mengambil inisiatif memulai. Bila tidak, maka akan terjadi saling menunggu yang tiada ujung.
Saling menghormati itu membutuhkan sikap proaktif tanpa syarat. Selama penghormatan baru kita berikan bila kita dihormati lebih dahulu, maka mungkin saling hormat tidak akan terjadi. Karena pihak sana bisa saja bersikap serupa.
Saling menghormati hanya bisa terjadi bila kita dalam posisi batin senantiasa hormat, tidak peduli pihak sana menghormati atau tidak. Mungkinkah itu terjadi?
Seorang tukang sapu selalu menyapa dengan hormat kepada pejabat tinggi di tempat kerjanya setiap pagi saat sang pejabat tiba di kantor. Tapi sang pejabat sama sekali tak pernah menggubris sapaan itu. Ia berlalu begitu saja seakan tak mendengar sapaan itu, seakan tukang sapu itu tak wujud.
Tukang sapu itu ditanya, “Mengapa kamu tidak berhenti menyapa, padahal sapaanmu tidak pernah ditanggapi?”
“Saya menyapa karena Tuhan menyuruh saya menghormati orang lain, bukan demi agar sapaan saya dibalas,” jawabnya.
Untuk bisa saling menghormati kita perlu berada dalam suasana batin seperti tukang sapu tadi.
Yang paling sering terjadi adalah mulut kita melafalkan keinginan untuk saling menghormati, tapi sikap kita menunggu tanda dari pihak sana. Kalau dia baik, saya baik. Tapi kalau elu jual, gue pasti beli. Boleh jadi pihak sana juga sedang bersikap begitu.
Seperti diajarkan oleh tukang sapu tadi, hormat itu kita berikan, bukan kita tunggu, apalagi kita tuntut. Kita sering menuntut hormat karena kita lebih tua, lebih kaya, jabatan kita lebih tinggi, atau karena jumlah kita lebih banyak. Tapi mari kita ingat, apakah semua itu menjadikan kita manusia yang lebih baik? Tidak. Yang menjadikan kita lebih baik adalah menghormati tanpa syarat.
Sebaik-baik manusia adalah dia yang bisa memberi hormat di saat ia bisa menuntut penghormatan.
Dengan adanya kesadaran akan pentingnya saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat, diharapakan akan terjalin hubungan yang harmonis antar warga Negara yang pada akhirnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat dan percepatan pembangunan bagi negeri ini.[]

*Penulis buku “Catatan Rindu pada Sang Rasul” dan novel “Curahan Hati Iblis”.

 

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *