Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 05 February 2020

OKI Tolak Proposal Donald Trump soal Perdamaian Palestina-Israel


islamindonesia.id – OKI Tolak Proposal Donald Trump soal Perdamaian Palestina-Israel

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menolak rencana perdamaian Timur Tengah Palestina dan Israel dari Donald Trump, Presiden Amerika Serikat (AS) yang disebut “Kesepakatan Abad ini” (Deal of The Century) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) OKI pada Senin (3/2).

OKI beranggotakan 57 negara yang mengadakan pertemuan puncak di Jeddah untuk membahas proposal Trump, mengatakan mereka menyerukan semua negara anggota untuk tidak terlibat dengan rencana ini, atau untuk bekerja sama dengan pemerintah AS dan mengimplementasikannya dalam bentuk apapun, dilansir dari Tempo.

KTT OKI pada Senin diminta oleh pemimpin Palestina, dua hari setelah Liga Arab menolak proposal perdamaian Trump. “(Proposal) itu tidak memenuhi hak minimum dan aspirasi rakyat Palestina,” kata Liga Arab.

Pada 28 Januari, Donald Trump yang didampingi PM Israel Benjamin Netanyahu, menggambarkan rencananya yang telah lama tertunda untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, sebagai “win-win solution” untuk kedua belah pihak.

Trump mengatakan bahwa kesepakatan yang diusulkannya akan memastikan pembentukan solusi dua negara, menjanjikan warga Palestina memiliki negara mereka sendiri dengan ibu kota baru di Abu Dis, sebuah kota di luar Yerusalem.

Trump juga mengatakan Yerusalem akan menjadi ibu kota yang tidak terbagi dari Israel. Sementara Palestina menginginkan Yerusalem Timur dan Tepi Barat yang diduduki Israel menjadi bagian dari negara masa depan mereka.

Para pemimpin Palestina, yang tidak hadir selama pengumuman dan telah menolak proposal tersebut bahkan sebelum diumumkan, mengecam rencana tersebut sebagai “Deklarasi Balfour baru” yang sangat menguntungkan Israel dan akan menolak mereka menjadi negara merdeka.

OKI menyatakan di Twitter pada hari Minggu (2/2) bahwa pertemuan komite eksekutif terbuka pada tingkat menteri luar negeri akan membahas posisi organisasi setelah pemerintah AS mengumumkan rencana perdamaiannya.

Dengan negara-negara anggota dari empat benua, OKI adalah organisasi antarpemerintah terbesar kedua di dunia setelah PBB, dengan populasi kolektif mencapai lebih dari 1,8 miliar.

Mayoritas negara-negara anggotanya adalah negara-negara mayoritas Muslim, sementara yang lain memiliki populasi Muslim yang signifikan, termasuk beberapa negara di Afrika dan Amerika Selatan.

Sementara 22 anggota Liga Arab juga merupakan bagian dari OKI, organisasi ini memiliki beberapa negara anggota non-Arab yang signifikan, termasuk Turki, Indonesia, Iran, dan Pakistan. OKI juga memiliki lima anggota pengamat, di antaranya termasuk Rusia dan Thailand.

Menyusul pengumuman rencana Trump, kementerian luar negeri Arab Saudi menyatakan penghargaan atas upaya Trump dan dukungan untuk negosiasi perdamaian langsung di bawah naungan Washington, sementara media pemerintah melaporkan bahwa Raja Salman telah memanggil Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk meyakinkan dia tentang komitmen tak tergoyahkan Arab Saudi untuk cita-cita Palestina.

Pengumuman rencana Trump mendapat tanggapan beragam dari negara-negara Arab.

Para pengamat mengatakan reaksi itu merupakan indikasi perpecahan di antara negara-negara Arab dan ketidakmampuan mereka untuk memprioritaskan penderitaan rakyat Palestina atas agenda ekonomi domestik dan perhitungan politik sehubungan dengan pemerintahan Trump.

Sikap Indonesia

Pemerintah Indonesia menyatakan solidaritasnya kepada Palestina dalam KTT OKI dengan menolak proposal perdamaian Timur Tengah Donald Trump.

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Mahendra Siregar, hadir di Konferensi Tingkat Menteri Luar Biasa Komite Eksekutif OKI pada Senin (3/2).

“Indonesia mendesak semua anggota OKI agar tetap bersatu dan berkomitmen dalam solidaritas penuh untuk Palestina,” tegas Wamenlu, menurut rilis Kemenlu RI pada 3 Februari.

Mahendra juga menyarankan tiga pokok untuk mencapai kesepakatan bersama. Pertama, menegaskan kembali agar umat Islam di seluruh dunia untuk secara konsisten bersatu dalam penyelesaian permasalahan di Palestina dan Al-Quds Al-Sharif.

Kedua, menegaskan kembali prinsip-prinsip “solusi dua negara” yang menghormati hukum internasional dan parameter yang disepakati secara internasional, sebagai satu-satunya solusi dalam penyelesaian masalah di Palestina.

Ketiga, menegaskan kembali pentingnya dialog di antara pihak-pihak terkait untuk mencapai stabilitas dan perdamaian abadi untuk Palestina dan kawasan Timur Tengah.

Pada pertemuan yang diselenggarakan di Markas Besar OKI ini, Wamenlu mendorong negara-negara OKI untuk tetap konsisten dengan keputusan yang telah dibuat sebelumnya, dan untuk tetap bersatu dalam menyikapi proposal sepihak AS untuk Palestina yang tidak berdasar pada hukum internasional dalam mempertahankan status kota Yerusalem.

PH/IslamIndonesia/Foto Utama: Anadolu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *