Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 07 September 2016

NASIHAT–Ajakan kepada Ketulusan


Islamindonesia.id–Ajakan kepada Ketulusan

Wahai diri dan jiwa yang lalai…berbuatlah yang bijaksana dan hati-hati. Periksalah setiap perbuatanmu yang paling kecil sekalipun, dengan secermat mungkin. Cobalah menilai setiap perbuatanmu dengan melakukan introspeksi, apakah perbuatan itu memiliki motif perbuatan baik atau ada motif lain? Apa yang mendorongmu untuk bertanya tentang shalat malam dalam suatu majelis? Apakah itu benar-benar demi Allah atau untuk mengesankan kepada orang lain bahwa engkau beragama dengan baik? Mengapa engkau demikian bersemangat bercerita kepada orang lain pada setiap kesempatan yang mungkin? Jika itu kaulakukan demi Allah dan kau ingin orang lain menirumu, kau berpikir dalam kerangka “orang yang menunjukkan jalan kebaikan sama kedudukannya dengan orang yang melakukannya” dan pada saat yang sama kau pun melakukan perbuatan baik itu, kau beralasan untuk menunjukkannya kepada orang lain. Puji syukur untuk Allah karena Dia telah memberimu kemampuan untuk berbuat dengan kesadaran yang jernih dan hati yang bersih.

Namun, waspadalah terhadap tipu daya iblis ketika kau sedang memeriksa niatmu karena ia dapat menggambarkan perbuatan riya sebagai perbuatan suci yang bukan untuk kepentingan diri sendiri. Jika perbuatanmu itu bukan kaulakukan demi Allah, lebih baik kau tidak melakukannya karena itu akan dianggap sebagai sum‘ah—yaitu mempertunjukkan perbuatan baik yang palsu, yang merupakan salah satu cabang dari pohon riya—dan Allah tidak akan mengakuinya serta akan melempar pelakunya ke sijjîn. Kita harus berlindung kepada Allah dari kejahatan tipu daya yang selubungnya amat halus. Kita yakin bahwa perbuatan-perbuatan kita tidaklah bersih dan ikhlas karena, jika kita memang hamba-Nya yang benar, mengapa iblis—yang telah berjanji tidak akan memengaruhi perbuatan hamba-hamba-Nya yang benar—terus mengganggu kita dan membuat kita sebagai sarana dari rencana jahatnya? Dalam kata-kata guru kami yang terhormat, iblis adalah anjing penjaga pengadilan Yang Mahakuasa. Ia tidak menggonggong kepada orang yang dekat kepada Allah dan tidak akan mengganggunya. Sebagaimana anjing penjaga tidak akan memusuhi teman dari tuannya, demikian pula iblis mengenali sahabat Allah dan tidak akan mengizinkan seorang asing mendekatinya.

Oleh karena itu, setiap saat kau menyadari bahwa iblis memengaruhi perbuatanmu, ketahuilah segera bahwa perbuatanmu tidak dilakukan dengan keikhlasan dan tidak demi Allah semata-mata. Jika kau adalah seorang mukmin yang ikhlas, mengapa mulutmu tidak mengeluarkan kata-kata bijak yang datang dari hati? Selama empat puluh tahun kau merasa telah melakukan perbuatan-perbuatan baik demi Allah, padahal dalam sebuah hadis dikatakan bahwa siapa pun yang beriman kepada Allah selama empat puluh hari, maka kebijaksanaan akan melimpah dari hatinya. Oleh karenanya, hal itu adalah tanda bagi kita untuk menyadari bahwa perbuatan-perbuatan kita tidak dilakukan demi Allah, meskipun kita tidak menyadarinya; dan itu juga adalah sebab utama bagi penyakit kita yang tidak dapat disembuhkan.

Sungguh malang orang-orang yang shalat, para imam dan jamaah shalat Jumat, dan orang-orang yang berilmu tinggi! Ketika mata mereka terbuka di pengadilan Yang Mahatinggi di Hari Pengadilan, mereka akan mengetahui bahwa mereka bukan saja termasuk dalam kelompok orang-orang yang berdosa besar, tetapi juga termasuk kelompok yang lebih buruk daripada kafir dan musyrik; dan catatan perbuatan mereka lebih buruk.

 

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *