Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 17 May 2016

Nakbah, Ketika Bangsa Palestina Memanggil-manggil Konstitusi Indonesia


nakbah, memanggil-manggil konstitusi Indonesia

Kemarin, 15 Mei, bertepatan dengan terbentuknya pemerintahan Israel di atas tanah bangsa Palestina 68 tahun silam, warga Palestina menggelar demonstrasi Nakbah sebagai wujud protes abadi mereka atas penjajahan Israel. Di Tepi Barat dan Gaza, dua kerat tanah bangsa Palestina yang tersisa dari pencaplokan masif dan sistemik Israel, ribuan warga mengambil bagian dalam demonstrasi yang bersejarah itu. Mereka menuntut kembalinya pengungsi, sanak keluarga mereka, yang terusir akibat penjajahan Israel. Sambil mengibarkan bendera Palestina, mereka meneriakkan “kami akan kembali.”

“Enam puluh delapan tahun telah berlalu sejak Nakbah dan kami tidak pernah melupakan tanah air kami, Palestina,” kata seorang demonstran.

Peringatan yang dikenal dengan Hari Nakbah, atau Yaum Al Nakba, atau Hari Malapetaka pertama kali diperingati pada 14 Mei 1948, bersamaan dengan segala bentuk kekejaman Israel, termasuk pengusiran massal terhadap 1.948 warga Palestina dari rumahnya. Pengusiran itu terus berlanjut hingga hari ini.

Diperkirakan lima juta jiwa lebih dari warga Palestina hidup terusir,baik menjadi pengungsi di negeri lain maupun di negeri sendiri.

Hari Nakbah tahun ini kembali mengingatkan dunia tentang pentingnya arti kemerdekaan bagi bangsa yang dijajah seperti Palestina. Termasuk memanggil-manggil kembali konstitusi Indonesia yang secara lugas melawan segala bentuk penjajahan di atas muka bumi.

“Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka,” kata Presiden Indonesia, Jokowi di hadapan seluruh delegasi Peringatan Konferensi Asia Afrika di Jakarta, Rabu, 22/4 tahun lalu.

Setahun kemudian, Indonesia menjadikan KTT OKI Luar Biasa pada 6-7 Maret 2016 di Jakarta, salah satunya, untuk mengembalikan isu Palestina dan Al-Quds Al-Syarif kembali ke “radar dunia”. Lepas terselenggaranya KTT OKI, dan tanpa perlu berkomunikasi dengan Israel, Menteri Retno Marsudi bergerak cepat dengan melantik Konsul Kehormatan (Konhor) pertama Indonesia untuk Palestina, Maha Abu-Shusheh.

“Ini adalah urusan Indonesia dan Palestina,” kata Menteri Retno menaggapi reaksi Israel atas pelantikan Konhor itu, 15/3/2016.

Hingga Hari Nakbah yang ke-68 ini, Gerakan Perlawanan Palestina seperti Hamas menegaskan tetap tidak akan pernah mengakui rezim Zionis dan tidak akan mengabaikan sejengkalpun tanah Palestina. Mereka menyatakan bahwa bangsa Palestina dan Gerakan Perlawanan akan senantiasa berada di front terdepan berjuang membebaskan tanah Palestina. []

(Baca juga: Joserizal Jurnalis: Untuk melawan Zionisme, Kembalilah ke Isu Palestina!)

 

YS/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *