Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 27 February 2014

Nabi Pun Mau Dikritik


foto: wseetvolleta.blogspot.com

 

“Teman yang baik adalah seseorang yang kerap banyak mengingatkan ketika kita salah…”

Orang Indonesia jarang sekali berterimakasih jika ada yang mengkritiknya. Alih-alih berterimakasih, yang ada sang pengeritik akan balik diserang sebagai pihak yang usil, iri hati, sentimen atau tak bisa diajak bekerjasama. Pada era Orde Baru, kritik malah menuai penjara bahkan kematian. Seolah-olah kritik adalah prilaku yang tidak pantas dan layak hanya dilakukan oleh musuh negara.
Bisa jadi kebanyakan manusia Indonesia memandang kritik sebagai hinaan. Sebagai bangsa yang sangat mengagungkan “pencitraan” sepertinya kita lebih merasa nyaman hidup dengan pujian dan pujaan. Padahal puji dan puja, jika tak bijaksana menyikapinya, hanya akan menjadikan kita “jalan di tempat”. Itu masih untung, banyak orang yang panen pujian lupa, lantas “meluncur bebas” menuju keterpurukan kualitas sebagai manusia  yang lebih banyak mengakomodasi “sang aku”.

Dalam sejarah perkembangan Islam, tradisi kritik bukanlah sesuatu yang asing. Suatu hari, saat bergerak menuju medan perang Badar, Rasulullah memutuskan kepada pasukannya untuk berkemah di kawasan sumur pertama yang mereka temui. Tak ada satupun dari para sahabat yang “berani” menolak perintah dari Rasulullah tersebut. Hingga seorang sahabat yang dikenal sebagai  pakar strategi perang bernama Khabab bin Mundzir berdiri seraya berkata: 

”Wahai Rasulullah, apakah penentuan posisi tersebut adalah wahyu dari Allah? Atau hanya berdasarkan strategi perang yang merupakan pendapat anda?”

”Oh bukan sama sekali ya Khabab. Tempat ini kupilih berdasarkan pendapatku semata,”jawab Rasulullah.
”Wahai Rasulullah, jika aku boleh memiliki pendapat, menurutku tempat ini tidak strategis. Sebaiknya kita pindah ke tempat air yang paling dekat dengan musuh. Kita membuat markas di sana dan menutup sumur-sumur yang ada di belakangnya. Kita buat lubang-lubang dekat perkemahan dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian kita akan berperang dan mempunyai persediaan air yang cukup. Sedangkan musuh tidak mempunyai persediaan air minum,” jelas Khabab.

Marahkah Rasulullah pendapatnya dibantah oleh salah seorang sahabatnya? Alih-alih murka dan memerintahkan “sahabat lancang” itu untuk menuruti perintahnya,  setelah berpikir sejenak, seraya tersenyum senang Rasulullah malah berkata:

”Pendapatmu sungguh lebih baik  dari pendapatku.” Dan kemudian sejarah mencatat, strategi tersebut sangat ampuh dan menjadikan kaum Muslimin bisa memenangkan pertempuran atas orang-orang Quraisy Makkah.

Sikap legowo untuk dikritik pun pernah dicontohkan oleh Umar ibn Khattab. Seperti sering dikisahkan dalam berbagai riwayat tarikh Islam, khalifah  kedua itu dikenal sebagai manusia yang sangat hati-hati dalam memutuskan suatu perkara, terutama terkait dengan hak-hak orang-orang miskin dan teraniaya. Alkisah, dalam suatu pidato di depan rakyatnya, Umar dengan lantang berseru: “Wahai sekalian manusia, barang siapa di antara kalian ada yang melihat aku melakukan suatu  tindakan yang kalian anggap “bengkok”, hendaklah dia cepat meluruskan tindakanku”.

Belum kering mulut Sang Khalifah usai berkata, dari kerumunan orang banyak tersebut, tiba-tiba seorang Arab kampung yang berpakaian lusuh dan sederhana  berdiri. Sambil mengacungkang sebilah pedang, ia lantas berteriak: “Demi Allah, wahai Ibnu Khattab! andaikata aku melihat ada sesuatu yang bengkok dari tindakanmu, pasti aku akan meluruskannya dengan pedangku ini!”

Semua terdiam mendengar teriakan lelaki tersebut: menduga-duga apa yang akan dilakukan oleh Umar terhadap seorang rakyat yang melakukan kritik keras terhadap perkataannya. “Segala Puji bagi Allah, yang telah menjadikan di antara kalian, orang yang akan meluruskan penyimpangan Umar ibn Khattab dengan pedangnya…”

Tak terbayangkan jika itu terjadi hari ini dan di sini…

 

Sumber: Islam Indonesia

0 responses to “Nabi Pun Mau Dikritik”

  1. Apriansyah Wahyudi says:

    Izin share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *