Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 13 March 2014

Mujahidin Berujung Intel


foto:mizan.com

Bagaimana seorang muslim Amerika berjuang untuk Afghanistan, Chehnya, Kashmir, Kosovo dan…CIA?!

 

Tahun 1993,sebuah artikel di Foreign Affairs mengejutkan dunia. Dalam tulisan tersebut, Samuel P.Huntington menyebut ada sekitar 4000 muslim dari seluruh dunia yang ikut bertempur sebagai pejuang di pihak Bosnia pada Perang Balkan I. Di tengah isu hangat benturan peradaban antara Barat dengan Islam, informasi itu seperti upaya menyiramkan bensin ke dalam api yang tengah berkobar. Tetapi bagaimana jika itu memang bukan sekadar isapan jempol belaka?

Aukai Collins adalah salah satu contohnya.Lahir dari keluarga Amerika yang karut marut, Aukai tumbuh menjadi berandalan yang kerap masuk-keluar penjara. Namun di tempat seperti itu pula, pada usia 18 tahun, ia jadi mengenal Islam versi Jamaah Tabligh-sekte Islam dari India Selatan yang menghindari kehidupan politik dan bersifat pasifis (anti konflik).

Tak puas dengan Jamaah Tabligh-yang dinilainya tidak bisa berbuat apa-apa saat Muslim di Chechnya dan Bosnia dibantai-Aukai memutuskan untuk bergabung dengan para mujahidin di Afghanistan. Ia lantas terlibat dalam berbagai operasi militer kaum jihadis di Chehcnya, Kashmir, dan Kosovo selama bertahun-tahun, lengkap dengan petualangan seru mirip James Bond atau Che Guevara.

Sebagai otobiografi, My Jihad dikemas dalam gaya novel, dibumbui dengan kisah cinta sang mujahid. Misalnya, saat terlibat dalam sebuah operasi di wilayah Kerchaloy,Chechnya, Aukai jatuh cinta pada pandangan pertama  dengan seorang gadis bernama Ayeesha. Selain soal ketangguhan dan kehebatan, sang mujahid juga memaparkan sikap konyol dan humoris para pejuang di tengah kecamuk perang, serta kegelisahan, kekecewaan dan ketakutan mereka akan perang.

Bagi penyuka cerita petualangan, di buku ini anda akan menemukan semua yang anda ingini. Mulai adegan spionase ala Bond, deskripsi sebuah eksekusi terhadap beberapa serdadu musuh, letupan bom dan intrik intelijen. Bedanya dengan Bond, mungkin Aukai agak lebih “ideologis”.

Kendati cukup simpatik dan ‘mendebarkan’, ada episode yang membuat saya sebagai pembaca ‘agak bingung’ yakni soal keterlibatan selanjutnya Aukai dengan FBI dan CIA. Bagaimana bisa, seorang militan seperti Aukai secara “kilat”  bisa berkompromi bahkan bekerjasama dengan musuh ideologinya? Mungkinkan sejak awal keterlibatannya sebagai seorang mujahidin, ia sudah menjadi seorang agen intelijen yang sengaja diselusupkan ke tubuh berbagai gerakan radikal Islam? Tiba-tiba saja, saya jadi ingat sebuah pernyataan John L. Esposito  dalam suatu seminar di Jakarta tempo hari. Ia menyebut sesungguhnya  gerakan-gerakan radikal (terutama atas nama agama) merupakan “tempat  nyaman untuk bermain” para agen intelijen negara-negara adidaya. Ah, entahlah. Akhirnya, hanya Tuhan, Aukai dan kalangan intelijen sendiri yang tahu soal itu

Memang, dalam bagian terakhir, Aukai punya alasan, bergabungnya ia dengan FBI dan CIA semata-mata sebagai upaya dia untuk ‘meluruskan’ misi jihad para mujahidin yang dinilainya kadung terjebak dalam tindakan terorisme. Tentu saja itu hak dia, tapi hak saya juga sebagai pembaca untuk menilai alasan itu terlanjur dicari-cari.

Terlepas dari apa pun maksudnya, buku yang sebagian besar bercerita tentang  perjuangan rakyat Checnya dalam melawan aggressor  Rusia itu , memang laik dibaca. Setidaknya membuktikan  apa yang dikatakan Huntington bukan omong kosong gaya Barat belaka. 

 

Judul: My Jihad.
Penulis: Aukai Collins.
Penerbit: PT.Mizan Publika (Penerbit Hikmah)
Tebal: x+357 halaman. 
Cetakan I, November 2006.

 

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *